BorneoFlash.com, JAKARTA – Kepala Ekonom Permata Bank Josua Pardede menilai ketegangan antara Gedung Putih (White House) Amerika Serikat (AS) dan Federal Reserve (The Fed) menjadi faktor utama pelemahan nilai tukar rupiah.
Menurut Josua, tekanan terhadap rupiah muncul akibat dinamika politik dan moneter di AS, setelah Presiden Donald Trump secara sepihak memecat salah satu Gubernur The Fed, Lisa Cook. Namun, Cook menolak keputusan tersebut dan menegaskan Trump tidak memiliki kewenangan untuk memberhentikannya.
Langkah Trump itu memperuncing ketegangan dengan The Fed dan memicu kekhawatiran terhadap independensi bank sentral AS. Meski begitu, dampak langsung ke pasar masih terbatas karena keputusan tersebut berpotensi digugat di pengadilan. Trump menuduh Cook menyalahgunakan fasilitas hipotek sebagai dasar pemecatan.
Keputusan itu membuat investor khawatir terhadap kemampuan The Fed menjalankan kebijakan moneter tanpa intervensi politik. Josua menjelaskan, investor menilai langkah Trump dapat membuka peluang pemangkasan suku bunga lebih cepat, sejalan dengan desakan Trump yang berkali-kali meminta penurunan borrowing cost.
Saat ini, pasar memperkirakan probabilitas sebesar 83 persen bahwa The Fed akan menurunkan suku bunga 25 basis poin (bps) pada September 2025.
Josua menambahkan, pada perdagangan Rabu (20/8), rupiah diprediksi bergerak di kisaran Rp16.250 – Rp16.375 per dolar AS. Pada pembukaan pasar, rupiah melemah 24 poin atau 0,14 persen ke level Rp16.323 per dolar AS, dari posisi sebelumnya Rp16.299 per dolar AS. (*/ANTARA)