BorneoFlash.com – Pusat Riset Zoologi Terapan, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), terus menunjukkan komitmennya dalam menghadapi tantangan nutrisi ternak melalui inovasi riset yang berdampak langsung pada produktivitas, kesehatan hewan, dan kelestarian lingkungan. Dalam kegiatan Applied Zoology Summer School Series #5 yang digelar Selasa (18/6), BRIN menyoroti pendekatan baru dalam penggunaan pakan aditif ruminansia dan efektivitas suplementasi tanin sebagai solusi berkelanjutan.
Kepala Pusat Riset Zoologi Terapan BRIN, Delicia Yunita Rahman, menekankan pentingnya kolaborasi lintas disiplin ilmu untuk memperkuat riset dasar menuju implementasi teknologi pakan. “Kami menjadikan riset sebagai jembatan awal pengembangan teknologi di unit teknis lainnya. Nutrisi ternak hanyalah satu bagian dari sistem yang lebih besar,” kata Delicia saat membuka acara.
Peneliti Ahli Muda BRIN, Ainissya Fitri, memaparkan riset berjudul “Suplementasi Tanin-Mix sebagai Pakan Aditif Ruminansia” yang membedah permasalahan utama budidaya sapi perah dan sapi potong di Indonesia. Ia mengungkapkan bahwa rendahnya kualitas dan kuantitas pakan menyebabkan performa ternak nasional masih tertinggal, terlihat dari produktivitas susu dan daging yang belum optimal.
“Kualitas pakan yang buruk berdampak langsung pada kesehatan hewan, seperti stres fisiologis, diare, dan gangguan reproduksi. Semua ini menurunkan efisiensi dan keuntungan peternakan,” jelas Ainissya.
Ainissya juga menyoroti kontribusi ruminansia terhadap emisi gas rumah kaca, terutama metana yang dihasilkan selama proses fermentasi rumen. Untuk mengatasi hal ini, Ainissya dan timnya mengeksplorasi tanin sebagai pakan aditif. Mereka menemukan bahwa tanin memiliki sifat antimikroba, antimetan, dan mampu berperan sebagai antibiotic growth promoter (AGP) alami.