“Kerap kali kita tidak menyadari bahwa penelitian yang lahir dari kebutuhan lokal justru bisa memberikan kontribusi global. Jika kita fokus dan konsisten pada satu isu seperti penyakit pada kelapa sawit, maka kita berpeluang menjadi pusat rujukan dan mitra strategis industri,”paparnya.
Untuk mendukung integrasi hasil riset dengan kebutuhan pasar, Kementerian telah membentuk Direktorat Kemitraan dan Modernisasi.
Lembaga ini bertugas mempertemukan akademisi dan pelaku industri, sekaligus memperkuat ekosistem hilirisasi produk-produk hasil penelitian.
“Ke depan, akan ada dukungan signifikan dari kalangan industri dengan nilai hampir Rp1,8 triliun. Ini akan menjadi tonggak awal bagi model kemitraan baru antara sektor pendidikan dan dunia usaha,”tambahnya.
Di sisi lain, Hetifah Sjaifudian menyampaikan apresiasi terhadap inisiatif Polnes dalam menjalin kolaborasi riset yang relevan dengan pembangunan daerah.
Ia memastikan bahwa DPR RI siap memberikan dukungan legislasi guna memperkuat program vokasi dan pengembangan riset terapan di daerah.
“Polnes telah menunjukkan arah yang tepat dalam mengembangkan penelitian berbasis kebutuhan riil masyarakat. Sinergi seperti ini perlu diperkuat melalui regulasi dan dukungan anggaran dari pusat,”tandas Hetifah. (*)