Berikut Hukum, Penjelasan dan Langkah Bijak Merayakan Hari Ibu dalam Islam

oleh -
Editor: Ardiansyah
Ilustrasi Hari Ibu. Foto: Getty Images/goc
Ilustrasi Hari Ibu. Foto: Getty Images/goc

Lebih lanjut, Buya Yahya mengingatkan umat Islam agar berhati-hati dan tidak terjebak dalam tradisi budaya non-Muslim sehingga perayaan tersebut tetap sejalan dengan nilai-nilai Islam. Pandangan ini sejalan dengan sebagian ulama, seperti Syekh Syauqi Allam, Syekh Ali Jum’ah, dan Lembaga Fatwa Mesir (Darul Ifta’ Al-Mishriyyah), yang memperbolehkan peringatan Hari Ibu sebagai bentuk berbuat baik kepada orang tua. Mereka merujuk pada firman Allah dalam QS Al-Isra’: 23.

 

“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan ‘ah’ dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.” 

 

Dengan demikian, meskipun peringatan Hari Ibu tidak secara spesifik diajarkan dalam Islam, sebagian ulama memandangnya sebagai momen positif untuk mengingatkan pentingnya memuliakan ibu, asalkan tidak bertentangan dengan ajaran Islam. Namun, Islam tetap menekankan bahwa penghormatan dan bakti kepada ibu harus dilakukan sepanjang waktu, bukan hanya pada hari tertentu.

 

3. Pendapat Ulama tentang Tidak Boleh Merayakan Hari Ibu

Sebagian ulama, seperti Syekh Abdul Aziz bin Baz, Syekh Shalih al-Fauzan, Syekh Muhammad bin Shaleh al-Utsaimin, dan Lembaga Fatwa Arab Saudi (Al-Lajnah Ad-Da’imah lil Fatwa), mengharamkan peringatan Hari Ibu

 

Mereka merujuk pada hadis Nabi shallallahu alaihi wasallam: “Barangsiapa membuat suatu perkara baru dalam urusan kami ini (urusan agama) yang tidak ada asalnya, maka perkara tersebut tertolak.” (HR Bukhari dan Muslim). 

 

Selain itu, hadis lain menyebut: “Barangsiapa melakukan suatu amalan yang bukan ajaran kami, maka amalan tersebut tertolak.” (HR Muslim). Menurut mereka, perayaan ini termasuk bid’ah karena tidak pernah dilakukan oleh Nabi, para sahabat, maupun generasi salaf.

Baca Juga :  Wali Kota Balikpapan, Tinjau Pelaksanaan Vaksinasi Bagi Ibu Hamil

 

Dalam video berjudul “Merayakan Hari Ibu, Termasuk Bid’ahkah?” di kanal YouTube-nya, Ustaz Dzulqarnain MS menyatakan bahwa Hari Ibu bukan bagian dari tradisi umat Islam. Ia menegaskan, “Umat Islam hanya memiliki tiga hari raya, Idul Fitri, Idul Adha, dan Hari Jumat.” Menurutnya, memuliakan ibu adalah tugas harian yang tidak seharusnya dibatasi menjadi aktivitas tahunan pada Hari Ibu.

 

Lebih jauh, Ustaz Dzulqarnain mengingatkan umat Islam agar tidak memberikan ucapan selamat atau mengikuti tradisi yang tidak sesuai dengan syariat Islam. Hal ini penting untuk menjaga identitas sebagai seorang Muslim dan memastikan bahwa setiap perayaan tetap selaras dengan ajaran agama.

 

4. Bolehkah Merayakan Hari Ibu dalam Islam?

Dalam pandangan yang lebih luas, peringatan Hari Ibu tetap menjadi polemik. Meskipun sebagian ulama menganggapnya bid’ah, pendapat yang memperbolehkannya lebih kuat karena Hari Ibu bisa menjadi sarana untuk berbakti dan bersyukur atas jasa ibu. Meski demikian, Islam mengajarkan bahwa berbakti kepada ibu tidak harus terbatas pada Hari Ibu, melainkan dilakukan setiap saat sepanjang hayat.

Simak berita dan artikel BorneoFlash lainnya di  Google News

banner 700x135