Ia menuturkan ditengah harga kedelai yang melejit naik, pengrajin tahu tempe tidak berani menaikkan harga meskipun harga kedelai mengalami kenaikan.
“Semacam buah simalakama, kita naikan malah gak laku. Tapi jika harganya tidak dinaikkan saat ini harga kedelai naik,” terangnya.
Pihak Primkopti berupaya supaya pengrajin tahu tempe tetap produksi dengan keadaaan ekonomi seperti ini, supaya pelanggan tidak lari jika pengrajin tahu tempe berhenti produksi.
“Nanti pelanggannya diambil oleh pengrajin tahu tempe di luar SIKS,” imbuhnya.
Selaras dengan Wakil Ketua Primkopti Balikpapan Arifin memaparkan semenjak adanya Pandemi Covid 19 harga kedelai Rp 7.500-Rp 8000 ribu per kilogram.
Kemudian tahun 2021 harga kedelai mencapai Rp 11.200 dan sempat turun menjadi Rp 10 500. Namun, awal tahun 2022 menembus Rp. 11.500.
“Primkopti Balikpapan berupaya agar harga tetap stabil sehingga anggota tetap melakukan produksi,” katanya.
Ia pun berharap kedepannya pemerintah ikut campur tangan untuk menyikapi kenaikan harga kedelai ini. Mengingat banyaknya keluhan pengrajin tempe dan tahu yang berniat menghentikan produksi, karena harga kedelai terus menaik.
(BorneoFlash.com/Niken)