Rupiah Tembus Rp17.000/US$ di Pasar NDF, Analis Asing dan BI Buka Suara

oleh -
Penulis: Wahyuddin Nurhidayat
Editor: Ardiansyah
Foto: Andrean Kristianto
Foto: Andrean Kristianto

BorneoFlash.com, JAKARTA – Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kembali melemah. Rupiah bahkan sempat menembus level Rp17.000/US$ di pasar non-deliverable forward (NDF). Berdasarkan data Refinitiv pada Minggu (6/4/2025) pukul 08.10 WIB, pasar mencatat kurs rupiah di posisi Rp17.059/US$, menjadi level terendah sepanjang sejarah.

 

Pelemahan ini jauh dibandingkan dengan penutupan perdagangan reguler terakhir sebelum libur Lebaran pada Kamis (27/3/2025), saat rupiah menguat 0,12% ke level Rp16.555/US$. Pergerakan tersebut mengisyaratkan potensi pelemahan lebih lanjut ketika pasar domestik kembali beroperasi pekan depan.

 

Pergerakan Rupiah

Sebagai catatan, pasar NDF merupakan instrumen keuangan yang memperdagangkan mata uang dalam jangka waktu tertentu dengan kurs yang telah disepakati sebelumnya. Pasar ini beroperasi di luar negeri seperti di Singapura, Hong Kong, New York, dan London—dan tidak tersedia di Indonesia. Meski bersifat offshore, pergerakan di pasar NDF sering memengaruhi psikologi pasar spot domestik.

 

Analis Asing Beri Tanggapan

Chief FX Strategist di Sumitomo Mitsui Banking Corporation (SMBC), Hirofumi Suzuki, menilai ketidakpastian global menjadi penyebab utama pelemahan rupiah, terutama setelah Presiden AS Donald Trump mengumumkan kebijakan tarif balasan.

 

“Kekhawatiran terhadap perlambatan ekonomi global meningkat tajam. Kondisi ini mendorong depresiasi rupiah,” ujar Hirofumi kepada CNBC Indonesia Research.

 

Ia juga mengimbau pelaku pasar agar tidak panik. “Bank sentral Indonesia tidak membuat kesalahan. Ini murni dampak faktor eksternal. Dalam kondisi seperti ini, bank sentral dan otoritas moneter harus bersikap hati-hati dan terus mencermati dinamika global,” tegasnya.

 

Head of Asia Research ANZ, Khoon Goh, menyampaikan bahwa sentimen risk-off yang melanda pasar global ikut menekan pasar NDF rupiah. Ia mencatat tekanan eksternal menyebabkan rupiah menembus Rp17.000/US$. Menurutnya, ketika pasar domestik dibuka kembali pada Selasa mendatang, pasar berpotensi menyesuaikan diri secara signifikan terhadap dinamika tersebut.

Baca Juga :  Polresta Balikpapan Siapkan Pengamanan Maksimal Selama Ramadan

 

Bank Indonesia Ambil Sikap

Bank Indonesia (BI) turut merespons perkembangan ini. Kepala Departemen Komunikasi BI, Ramdan Denny Prakoso, menyampaikan tiga poin penting hasil pemantauan bank sentral setelah Presiden AS Donald Trump mengumumkan kebijakan tarif pada 2 April 2025.

 

Pertama, BI terus memantau dinamika pasar keuangan global dan domestik. Kebijakan tarif AS yang kemudian Tiongkok balas pada 4 April 2025 menyebabkan gejolak pasar keuangan global, pelemahan pasar saham, dan penurunan yield US Treasury ke level terendah sejak Oktober 2024.

 

Kedua, BI menegaskan komitmen untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. “Kami mengoptimalkan instrumen triple intervention—yakni intervensi di pasar valas spot, Domestic NDF (DNDF), serta pembelian Surat Berharga Negara (SBN) di pasar sekunder,” jelas Ramdan dalam keterangan resmi pada Sabtu (5/4/2025).

 

Langkah tersebut, lanjutnya, memastikan kecukupan likuiditas valas demi mendukung kebutuhan perbankan dan dunia usaha, serta menjaga kepercayaan pasar. (*)

Simak berita dan artikel BorneoFlash lainnya di  Google News

banner 700x135

No More Posts Available.

No more pages to load.