Headset Augmented Reality (AR) sering dianggap sebagai barang mewah yang hanya bisa dinikmati oleh golongan tertentu.
Keberadaannya dianggap sebagai penghambat konsumen umum, tetapi Cook menegaskan bahwa Vision Pro bukan semata-mata untuk elite.
Ia mengakui adanya variasi pembayaran yang disesuaikan dengan kelas pembeli. “Ada yang bayar sebulan, ada yang langsung beli. Saya sudah ngobrol dengan banyak orang secara online, mereka akan langsung beli,” ungkapnya.
Namun, di tengah kontroversi harga, Cook memberikan perspektif bahwa masa depan teknologi memerlukan investasi. Vision Pro bukan hanya sebuah gadget, melainkan pintu menuju era baru interaksi manusia dengan teknologi.
“Kedepannya entah apa yang akan terjadi. Tapi kami pikir kami sudah memberi harga yang tepat untuk saat ini,” lanjutnya dengan keyakinan.
Sayangnya, kehadiran Vision Pro masih terbatas di Amerika Serikat, membuat beberapa pihak penasaran kapan headset AR ini akan merambah pasar global.
Meskipun demikian, perkiraan menyebutkan bahwa Vision Pro akan tiba di wilayah lain pada akhir tahun 2024 Termasuk kehadiran resminya di Indonesia.
