Ketua asosiasi petani rumput laut kabupaten Nunukan, Habir, menjelaskan bahwa masa guna pelampung yang dihasilkan oleh Program Akar Basah, bisa mencapai 8 bulan sehingga menghasilkan efisiensi biaya, waktu dan tenaga bagi petani rumput laut.
“Melalui program ini telah membantu kelompok dengan pendapatan rata-rata hingga Rp. 175.000.000,- per tahun. Sementara itu, sejak menggunakan pelampung hasil inovasi Program Akar Basah, sampah plastik telah berhasil turun hingga 3,3 ton yang dipakai sebagai bahan baku pelampung, dan sebanyak 120 kg cacahan sampah plastik juga telah dimanfaatkan,” ucap Habir.
Sementara itu, Manager Communication relation & CID PHI Dony Indrawan menyampaikan komitmen perusahaan untuk terus berkolaborasi dengan seluruh pemangku kepentingan dalam menjalankan program-program CSR yang inovatif dan mampu menjawab persoalan sehingga dapat dijalankan secara berkelanjutan.
”Dalam program Akar Basah, kami berkolaborasi dengan petani dan juga mitra binaan kami lainnya. Kami mengajak petani rumput laut untuk meningkatkan kesadaran dalam mengelola sampah plastik dan meningkatkan keterampilan masyarakat di wilayah tersebut dalam mengelola sampah,” kata Dony.
Dony menambahkan bahwa hasil kajian dampak yang dilakukan menunjukkan bahwa Program Akar Basah telah sejalan dengan langkah mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs), yaitu tujuan 12 tentang produksi dan konsumsi yang berkelanjutan dan tujuan 14 tentang ekosistem laut.
“Selain itu, program ini juga menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari upaya perusahaan untuk menjalankan operasi migas ramah lingkungan dengan melibatkan masyarakat dalam mendukung mitigasi perubahan iklim, pelestarian lingkungan, dan pengurangan emisi,” ucapnya. (*)