Ia menggambarkan salah satu contoh yang membuat rasa bangga yakni terdapat bahasa Kutai “Silakan Tama” yang berarti “Silakan Masuk” di bandara, hal itu ia nilai sebagai pengenalan budaya kepada orang luar daerah yang datang ke Kaltim.
Alimuddin juga menyampaikan bahwa menurut penelitian bahwa bahasa daerah yang akan punah ialah bahasa Paser.
“Salah satu bahasa yang akan punah di Kalimantan Timur adalah bahasa Paser, itu dari Balai Bahasa Kaltim. Kenapa itu perlu saya sampaikan, kalau Kutai Kartanegara baru akan mulai muatan lokal di sekolah, PPU sudah dari 2018 memulai itu ternyata juga tidak cukup efektif untuk mempertahankan bahasa ibu kita.”
“Artinya apa? Penutur kita di rumah yang berkurang, itu kunci utamanya, saya waktu jadi Kepala Dinas Pendidikan di PPU selalu diwanti-wanti ‘pak, bahasa paser mau punah’. Nah ini bagian budaya yang harus kita pertahankan,” kata Alimuddin saat memberikan sambutan sebelum membuka acara Rembuk Budaya ini.

Direktur Kebudayaan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif di Lingkungan OIKN, Muhsin Palinrungi mengatakan bahwa dengan acara ini kita ingin memajukan dan melestarikan budaya di Nusantara, nanti budaya lokal akan terintegrasi dengan budaya-budaya di luar Kalimantan Timur yang nantinya akan masuk ke IKN.
“Maka diharapkan di akhir kegiatan ini ada rekomendasi yang disepakati bersama untuk memajukan kebudayaan di IKN” kata Muhsin saat wawancara bersama awak media di sela-sela acara berlangsung.