BorneoFlash.com, JAKARTA – PT Pertamina Hulu Indonesia (PHI) menerapkan berbagai strategi operasi dan bisnis, untuk melanjutkan capaian kinerja positif perusahaan di tahun 2022.
Strategi yang akan dijalankan pada tahun 2023 antara lain terkait optimasi portofolio dalam kegiatan eksplorasi, development, optimasi produksi, sinergi operasi, serta peningkatan keandalan fasilitas produksi di wilayah kerja perusahaan di Kalimantan.
Direktur Utama PHI, Chalid Said Salim menjelaskan bahwa dalam rangka menghadapi tantangan lapangan migas yang sudah mature, perusahaan menerapkan strategi kegiatan ekplorasi yang agresif, untuk mencari sumber daya baru, optimasi baseline dan development untuk meningkatkan produksi, peningkatan sinergi dan pengadaan bersama dengan entitas Pertamina grup, serta evaluasi dan optimasi terhadap asset portofolio.
“Tahun 2023 ini, target produksi PHI ditetapkan sebesar 63,4 MBOPD untuk minyak dan 668,5 MMSCFD gas diikuti target pengeboran sebanyak 198 sumur pengembangan, 5 sumur eksplorasi serta 337 workover. Target ini sejalan dengan strategi yang sudah ditetapkan,” ujar Chalid.
Sampai triwulan pertama ini, PHI berhasil mencapai produksi minyak sebesar 60,2 MBOEPD dan gas sebesar 764,7 MMSCFD. Perusahaan juga berhasil melakukan pengeboran 44 sumur eskploitasi/pengembangan.
Melalui PT Pertamina Hulu Sanga Sanga (PHSS), Perusahaan telah melakukan tajak pengeboran sumur eksplorasi Polaris D-1X pada tanggal 20 Maret 2023. Sumur ini merupakan pintu masuk (play opener), untuk area di wilayah kerja PHSS dan memiliki target reservoir yang lebih dalam dibandingkan reservoir-reservoir di lapangan yang telah berproduksi di sekitar wilayah tersebut.
Untuk kegiatan seismik, perusahaan melakukan Survei Seismik Laut 3D Pertama di Perairan Kalimantan Utara hingga Mei 2023, melalui PT Pertamina Hulu Energi Lepas Pantai Bunyu (PHE LPB). Kegiatan seismik ini diharapkan dapat digunakan untuk verifikasi dan pencarian cadangan sumber daya migas baru, sehingga mampu berkontribusi dalam pencapaian target produksi minyak 1 juta barrel di 2030.