“Seiring dengan kondisi pandemi yang semakin menunjukkan kebaikan (penurunan kasus Covid-19), sehingga memperlambat kinerja ketiga sektor tersebut,” ungkapnya.
Pada bulan Maret 2022, Kota Balikpapan mengalami inflasi 1,09 persen man to man (mtm) tetapi pada bulan sebelumnya terjadi deflasi sebesar 0,51 persen (mtm).
Namun, secara tahunan Kota Balikpapan tercatat sebesar 3,24 persen (yoy) atau lebih tinggi dibandingkan inflasi nasional 2,64 persen (yoy) maupun Kaltim 2,86 persen (yoy).
“Balikpapan cukup tinggi tingkat inflasinya, sehingga ini merupakan perhatian bagi masyarakat dan kalau kita lihat ada hal positif juga berarti ada semacam pergerakan ekonomi juga,” serunya.
Adapun komoditas yang menyebabkan inflasi di Kota Balikpapan yakni minyak goreng, bahan bakar rumah tangga, angkutan udara, cabai rawit maupun ikan layang.
Sedangkan, komoditas mengalami deflasi diantaranya daging ayam, ketimun, kacang panjang, daun kemangi termasuk telur ayam ras.
“Ini menjadi perhatian Bank Indonesia juga, sehingga Bank Indonesia juga mendorong terus dilakukan koordinasi dan sinergi dengan anggota Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID), untuk merekomendasikan beberapa upaya seperti pasar murah atau operasi pasar melalui Bulog atau Perusda yang menjembatani,” serunya.
(BorneoFlash.com/Niken)