Mengenang Wiji Thukul, Aktivis yang Bersuara dengan puisinya

oleh -
Penyair Wiji Thukul Wijaya

BorneoFlash.com – Nama Wiji Thukul dikenal sebagai seniman dan aktivis. Melalui aksi dan puisi-puisinya ia selalu berusaha mengungkapkan berbagai ketidakadilan dan pengingkaran harkat dan martabat manusia.

Puisi- puisinya mengajak kaumnya masyarakat yang termarjinalisasi di Solo- untuk bangun memperjuangkan hak mereka yang asasi, hak yang mereka miliki karena mereka manusia. Puisinya ditulis dengan bahasa yang sederhana, oleh karena itu mudah dipahami oleh orang kebanyakan.

Puisinya dengan mudah menangkap nilai yang ingin dikomunikasikannya, yakni nilai-nilai kemanusiaan. Penyair cum aktivis asal Solo, Jawa Tengah itu hilang sejak 1998.

Hari ini, 26 Agustus 2020, pria dengan nama lengkap Wiji Thukul Wijaya itu semestinya merayakan ulang tahunnya yang ke-57. Sayangnya, ayah dari Fajar Merah dan Fitri Nganthi Wani ini tidak diketahui apakah masih hidup atau sudah tiada.

Biografi Perjalanan Pelarian Wiji Thukul Hilang Pria kelahiran Surakarta 1963 ini dipastikan hilang setelah kabarnya tidak lagi didapatkan oleh keluarga dan rekan-rekannnya sesama aktivis dari 1998 hingga tahun 2000.

Berdasarkan pemberitaan Harian Kompas, 1 April 2000, istri dari Wiji Thukul, Dyah Sujirah alias Sipon, melaporkan hilangnya sang suami kepada Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras).

Sipon dan adik Thukul, Wahyu, mengaku terakhir kali berhubungan dengan Thukul ada 19 Februari 1998 melalui sambungan telepon. Setelah itu, Thukul diduga menjadi salah satu korban penculikan bersama para aktivis lainnya. Koordinator Kontras, Munarman saat itu menjelaskan Thukul masih diketahui kabarnya sekitar Maret-April 1998.

Ketika itu sang penyair bertemu dengan beberapa orang temannya. Namun itulah kabar terakhir yang bisa diketahui tentang Thukul. Setelah itu, keberadaan dirinya tidak pernah lagi diketahui.

Baca Juga :  Dengan JKN-KIS, Tak Ada Biaya Berobat Yang Dikeluarkan

“Hilangnya Wiji Thukul sekitar Maret 1998 kami duga berkaitan dengan aktivitas yang dilakukan oleh yang bersangkutan.

Saat itu bertepatan dengan peningkatan operasi represif rezim Orde Baru dalam upaya pembersihan aktivitas politik yang berlawanan dengan Orde Baru,” jelas Munarman.

Ia menyebut, ketika itu terdapat 23 orang termasuk Thukul yang dinyatakan hilang dalam operasi itu, dan hingga medio tahun 2000, setidaknya 14 di antaranya belum diketemukan.

Simak berita dan artikel BorneoFlash lainnya di  Google News

banner 700x135