BorneoFlash.com, BALIKPAPAN – Tidak hanya menjadi tuan rumah program talent scouting bagi penyandang disabilitas Se-Kalimantan Timur (Kaltim), Kota Balikpapan tetapi juga menjadi pusat regenerasi atlet yang diproyeksikan menuju ajang Paralimpik Los Angeles Tahun 2028.
Sekretaris NPC Indonesia, Ukun Rukaendi, menegaskan bahwa program ini bertujuan untuk menjaring calon atlet potensial yang akan dibina lebih lanjut. Program pencarian bakat yang diinisiasi oleh National Paralympic Committee Indonesia (NPCI) dan didukung oleh Kejaksaan Agung.
Sebanyak 135 peserta dari sembilan kabupaten/kota di Kaltim, dengan rentang usia 11 hingga 23 tahun yang berasal dari berbagai kategori disabilitas, seperti tuna daksa, tuna netra, dan tuna grahita mengikuti talent scouting.
“Kaltim menjadi provinsi ketiga setelah Palembang dan DKI Jakarta dalam pelaksanaan talent scouting ini. Harapannya, dari sini akan lahir atlet-atlet hebat yang bisa kita persiapkan menuju Paralimpik 2028,” ujarnya saat acara pembukaan di Lapangan Tennis Indoor, Balikpapan Tennis Stadium, pada Rabu (19/3/2025).
Ketua NPCI Provinsi Kaltim, Suharyanto, menambahkan bahwa ajang ini bukan hanya sekadar pencarian bakat, tetapi juga bentuk pembinaan berkelanjutan.
“Kami ingin memastikan bahwa atlet-atlet muda dari berbagai kategori hambatan memiliki kesempatan untuk berkembang dan berprestasi di tingkat internasional,” katanya.
Suharyanto juga menyebut bahwa minat terhadap program ini cukup tinggi, dengan lebih dari 300 pendaftar. Namun, seleksi dilakukan berdasarkan ketentuan usia dan kriteria lain, hingga tersaring 135 peserta yang terbagi tuna daksa sebanyak 77 orang, tuna netra berjumlah 18 orang, dan tuna grahita 40 orang.
“Nantinya, dari mereka akan dipilih 60 atlet terbaik. Namun, bagi yang belum terpilih, tetap akan mendapatkan pembinaan di tingkat kabupaten/kota,” jelasnya.
Menariknya, proses talent scouting ini tidak hanya melibatkan tes fisik biasa, tetapi juga pendekatan berbasis permainan untuk mengevaluasi kecocokan peserta dengan berbagai cabang olahraga.
Dengan keterlibatan 10 tenaga teknis dan 15 tenaga pendukung, program ini diharapkan dapat menjadi langkah awal menuju pembinaan atlet disabilitas yang lebih sistematis di Kaltim.