Pollycarpus Meninggal, Pilot Garuda di Kasus Pembunuhan Munir

oleh -
Pollycarpus Budihari Prijanto meninggal dunia. Mantan pilot Garuda Indonesia itu pernah menjadi narapidana kasus pembunuhan aktivis HAM Munir. (Foto: AFP/STR).

BorneoFlash.com, JAKARTA – Mantan narapidana kasus pembunuhan aktivis HAM Munir Said Thalid, Pollycarpus Budihari Prijanto meninggal dunia usai dirawat di Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP), Jakarta Selatan, Sabtu (17/10). Dia mengembuskan nafas terakhir setelah terinfeksi Virus Corona.

“Iya, betul jam 14.52 di RSPP Pertamina setelah 16 hari berjuang melawan Covid-19,” kata bekas pengacara Pollycarpus, Wirawan Adnan kepada CNNIndonesia.com, Sabtu (17/10/2020).

Pollycarpus adalah pilot senior maskapai Garuda Indonesia yang menjadi tersangka kasus pembunuhan aktivis HAM sekaligus pendiri KontraS dan Imparsial, Munir. Ia ditetapkan sebagai tersangka pada Maret 2005, setahun setelah kematian sang aktivis dalam penerbangan Jakarta-Belanda.

Pollycarpus terlibat dalam kasus misterius yang disebut Tim Pencari Fakta (TPF) Munir sebagai “pemufakatan jahat” atau konspirasi pembunuhan yang melibatkan lebih dari satu orang. Pembunuhan itu diduga dilakukan Pollycarpus dengan memasukkan racun arsenik ke minuman Munir saat transit di bandara Changi, Singapura.

Kala itu, Pollycarpus yang merupakan pilot Garuda tersebut menumpang pesawat Garuda Indonesia kelas bisnis yang sama dengan Munir. Dia sempat bertukar kursi dengan Munir sebelum kematiannya.

Usai pertemuan keduanya, Munir meninggal dalam penerbangan menuju Amsterdam, diyakini karena keracunan arsenik. Pembunuh diduga memasukkan racun melalui jus jeruk yang diminum Munir sebelum pesawat lepas landas.

Setelah sejumlah kejanggalan pembunuhan itu diungkap, Bareskrim Polri kemudian menetapkan Pollycarpus sebagai tersangka pada 18 Maret 2005. Pembunuhan tersebut, juga diyakini TPF melibatkan petinggi Badan Intelijen Negara (BIN) dan Garuda Indonesia.

Aksi yang dilakukan Pollycarpus diduga melibatkan mantan Deputi V BIN Bidang Penggalangan dan Propaganda kala itu, Muchdi Purworanjono. TPF mencatat setidaknya ada 27 kali panggilan telepon genggam Pollycarpus ke telepon genggamnya.

Simak berita dan artikel BorneoFlash lainnya di  Google News

banner 700x135