Kota Vatikan Menyambut Leo XIV Sebagai Paus Baru Gereja Katolik Dengan Penuh Pujian

oleh -
Penulis: Berthan Alif Nugraha
Editor: Janif Zulfiqar
POPE LEO XIV. Foto: dok. pbs.org
POPE LEO XIV. Foto: dok. pbs.org

BorneoFlash.com — “Leone! Leone! Leone!” Teriakan menggema di seluruh Lapangan Santo Petrus saat ribuan orang menyambut pemilihan Robert Prevost sebagai Paus baru, Leo XIV, pada Kamis siang. Hanya sekitar 90 menit sebelumnya, asap putih dari cerobong Kapel Sistina menandai akhir konklaf dan terpilihnya pemimpin baru untuk 1,4 miliar umat Katolik dunia.

 

Ketika akhirnya muncul di balkon tengah Basilika Santo Petrus, kerumunan pun terdiam menantikan kata-kata pertamanya pesan yang akan mencerminkan arah kepemimpinannya.

 

“Salam sejahtera bagi Anda,” ucap Leo XIV, sebelum mengulang berkat terakhir dari pendahulunya, Paus Fransiskus: “Tuhan mengasihi kita semua, dan kejahatan tidak akan menang. Kita berada di tangan Tuhan.”

 

Para kardinal tampak mengintip dari jendela-jendela terdekat, ingin melihat langsung paus baru mereka. Leo XIV terpilih di hari kedua konklaf, dan pidato perdananya memberi sinyal kesinambungan dari warisan Fransiskus, yang wafat 21 April lalu di usia 88 tahun. Namun para pengamat menduga ia akan menyeimbangkan pendekatan progresif Fransiskus dengan nilai-nilai tradisional Gereja.

 

Tema utama pidatonya adalah “perdamaian”—kata yang berulang kali disebut dan dimaksudkan untuk menggema ajaran Yesus pasca-Paskah, menurut juru bicara Vatikan, Matteo Bruni. Leo XIV mengajak umat Katolik membangun perdamaian melalui dialog dan menjembatani perbedaan.

 

Salah satu jemaat berteriak, “Bravo! Itulah yang kita butuhkan!” Sementara Kasper Mihalak, seorang warga Denmark berusia 29 tahun, menyambut antusias terpilihnya Paus dari Amerika Utara. “Dunia saat ini benar-benar membutuhkan perdamaian,” ujarnya.

 

Rosaria Venuto, yang menempuh perjalanan empat jam bersama anak-anaknya dari Ascoli Satriano di Italia selatan, tak bisa menahan air mata. “Saya merasa terharu bisa hadir di momen bersejarah ini,” katanya.

Baca Juga :  Joe Biden Mundur dari Pencalonan Capres: Fokus pada Tugas Presiden hingga Akhir Masa Jabatan

 

Latar Belakang Sang Paus

Lahir di Chicago dan memegang kewarganegaraan ganda AS-Peru, Leo XIV menghabiskan lebih dari 20 tahun melayani komunitas miskin di Peru, hingga menjadi uskup Chiclayo. Pada 2023, Paus Fransiskus menunjuknya memimpin kantor penting yang menangani urusan uskup global.

 

Menurut jurnalis senior Vatikan, Phil Pullella, pengalaman Leo XIV mencerminkan kesinambungan dengan Fransiskus, termasuk perhatian pada wilayah Selatan global dan kaum miskin. “Ia tidak seperti kardinal dari New York, misalnya. Ia tahu langsung soal kemiskinan,” kata Pullella.

 

Namun, Leo XIV juga menunjukkan sentuhan pribadinya. Tidak seperti Fransiskus yang tampil sederhana saat terpilih, Leo mengenakan jubah merah simbolis yang menunjukkan otoritas spiritual dan duniawinya—suatu isyarat bahwa ia mungkin lebih terbuka pada elemen tradisional.

 

Pemimpin Pemersatu

Pemilihannya mengejutkan banyak pihak karena hanya memerlukan tiga putaran suara. Konklaf ini adalah yang paling beragam secara internasional, dengan kardinal dari lebih dari 70 negara, hasil dari perluasan representasi global oleh Paus Fransiskus.

 

Fransiskus dikenal dengan reformasi dan pendekatan inklusifnya, yang menuai pujian dan kritik. Para analis meyakini bahwa latar belakang Leo XIV di Kuria Roma membuatnya dipandang sebagai pilihan stabil oleh para kardinal konservatif.

 

Makna Nama “Leo”

Pemilihan nama “Leo” dinilai sarat makna. Juru bicara Vatikan, Bruni, menjelaskan bahwa nama itu merujuk pada Paus Leo XIII, yang menulis ensiklik Rerum Novarum pada 1891 tentang hak-hak pekerja di era industrialisasi. Leo XIV tampaknya ingin menarik paralel dengan tantangan zaman modern seperti kecerdasan buatan.

 

Profesor Robert Orsi dari Universitas Northwestern menyebut bahwa dengan nama ini, Leo XIV mungkin juga menegaskan penolakannya terhadap nasionalisme dalam Gereja, seraya memperkuat posisi Katolik global.

Baca Juga :  Antarkan Menuju KPU Balikpapan, Rahmad- Bagus Ucapkan Terima Kasih atas Dukungan 

 

Menariknya, Paus baru tidak menyebut asal-usulnya dari Amerika Serikat dalam pidato atau bahasa yang digunakannya. Menurut Pullella, ini mengirim pesan bahwa dirinya bukan milik satu negara mana pun. Ia bahkan pernah mengkritik kebijakan nasionalis pemerintahan Donald Trump, serupa dengan sikap Paus Fransiskus.

 

Meski begitu, Orsi memperkirakan bahwa kepemimpinan Leo XIV akan penuh kehati-hatian dan diplomasi, terutama dalam menyikapi isu-isu geopolitik ke depan. (*)

Simak berita dan artikel BorneoFlash lainnya di  Google News

banner 700x135

No More Posts Available.

No more pages to load.