Ia memaparkan konsep peternakan organik yang menitikberatkan pada kualitas hasil ternak dan aspek keberlanjutan lingkungan serta kesejahteraan hewan. Secara lebih detail, narasumber juga mengajarkan pemilihan bahan baku yang tepat dan proses formulasi pakan yang lebih efisien serta bernutrisi.
Dalam pelatihan ini, Ludy pun menjelaskan teknik pembuatan pakan alternatif berbasis bahan lokal yang lebih ekonomis sehingga dapat mengurangi ketergantungan terhadap pakan komersial.
Sesi diskusi interaktif dimanfaatkan oleh para peserta untuk berbagi pengalaman dalam beternak dan merumuskan solusi bersama terhadap berbagai tantangan yang mereka hadapi. Metode tersebut diharapkan dapat meningkatkan efektivitas dan keberlanjutan usaha peternakan mereka.
Sebagai narasumber, Ludy mengapresiasi semangat belajar, antusiasme, dan rasa ingin tahu yang tinggi dari KOBAR. “Saya sangat senang melihat dedikasi peserta dalam menyerap ilmu dan berinovasi, serta berharap bahwa program ini dapat terus berkelanjutan, sehingga para peternak mampu mengaplikasikan metode pemeliharaan yang lebih ramah lingkungan,” ujarnya.
Menurut Ludy, jika terus diaplikasikan para peternak diharapkan secara bertahap mampu memproduksi pakan alternatif yang dapat mengurangi biaya operasional hingga 50 persen, serta memperluas skala produksi ternak di Desa Sebuntal.

Sementara itu, Superintendent Production Santan Terminal PHKT, Binto Iskandar, menegaskan bahwa Perusahaan berkomitmen untuk terus mengimplementasikan inovasi sosial dan lingkungan yang berdampak nyata dan berkelanjutan bagi masyarakat.
“Kami terus berinvestasi dalam program pengembangan masyarakat yang inovatif dan berdampak bagi peningkatan kemandirian masyarakat dan pelestarian lingkungan,” ungkapnya.
Melalui pelatihan ini, Binto berharap KOBAR dapat mempertahankan semangat dan konsistensinya dalam mengembangkan program peternakan serta memperluas manfaatnya ke lebih banyak penerima.
“Ke depan, kami berharap para peternak tidak lagi bergantung pada pakan komersial, melainkan mampu mandiri dalam mengelola peternakan yang ramah lingkungan serta memproduksi pakan alternatif yang lebih hemat dan berkelanjutan,” ujar Binto. (*)