Sri Mulyani: Tatanan Ekonomi Dunia Berubah, Indonesia Harus Lincah dan Terbuka

oleh -
Penulis: Wahyuddin Nurhidayat
Editor: Ardiansyah
Foto: Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati menyampaikan laporan dalam Konferensi Pers APBN KITA EDISI MARET 2025. (Tangkapan Layar Youtube Ministry of Finance Republic of Indonesia)
Foto: Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati menyampaikan laporan dalam Konferensi Pers APBN KITA EDISI MARET 2025. (Tangkapan Layar Youtube Ministry of Finance Republic of Indonesia)

BorneoFlash.com, JAKARTAMenteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyatakan bahwa tatanan ekonomi global telah berubah drastis. Ia menjelaskan bahwa lonjakan proteksionisme—terutama dari Amerika Serikat yang menerapkan tarif dagang tinggi dan menarik diri dari berbagai kesepakatan internasional—menjadi penyebab utama perubahan ini.

 

“Setelah Perang Dunia II, negara-negara di dunia menyadari pentingnya kerja sama ekonomi. Mereka lalu membentuk institusi global seperti IMF, World Bank, dan WTO,” ujar Sri Mulyani dalam Sarasehan Ekonomi Bersama Presiden RI di Jakarta, Kamis (10/4/2025).

 

Namun, menurutnya, institusi global yang dahulu menjaga stabilitas ekonomi kini kehilangan efektivitas. Ia menegaskan bahwa Amerika Serikat—terutama saat era Donald Trump—telah mundur dari peran sentral dalam lembaga-lembaga tersebut.

 

“Sebagai pemegang saham utama, negara-negara G7, khususnya Amerika Serikat, justru tidak lagi mempercayai institusi yang mereka dirikan sendiri. Akibatnya, sistem global berubah menjadi makin unilateral,” jelasnya.

 

Sri Mulyani menilai bahwa perubahan tatanan ini memicu ketidakpastian tinggi dan mendorong terbentuknya blok-blok baru dalam geopolitik dan ekonomi global, seperti BRICS. Banyak negara kini lebih mengutamakan kepentingan dalam negeri dibandingkan kerja sama global.

 

“Dalam situasi penuh ketidakpastian dan persaingan tajam, negara-negara secara naluriah melindungi kepentingan domestik. Maka lahirlah kebijakan inward looking seperti ‘My Country First’: America First, China First, Indonesia First, dan lainnya,” tegasnya.

 

Ia juga mengamati bahwa hubungan antarnegara tak lagi berlandaskan kerja sama jangka panjang. Bahkan dalam blok kerja sama, negara-negara cenderung mengabaikan solidaritas atau persahabatan.

 

“Sekarang kita tidak bisa lagi membedakan secara jelas antara kawan dan lawan. Inilah realitas global yang harus kita hadapi. Kebijakan tarif Amerika bahkan bisa mengubah lanskap ekonomi global hanya dalam waktu dua bulan, seperti yang terjadi antara Februari hingga April,” ungkapnya.

Baca Juga :  Dugaan Korupsi Minyak Mentah: Kejagung Geledah ESDM dan Selidiki PERTAMINA

 

Menghadapi situasi ini, Sri Mulyani menegaskan bahwa pemerintah Indonesia akan tetap waspada namun terbuka. Pemerintah terus menjaga ketahanan ekonomi nasional dan beradaptasi dengan dinamika global.

 

“Kita harus menyikapi kondisi ini dengan cara berpikir yang terbuka, pragmatis, dan tetap lincah. Seperti yang Presiden dan Menko Perekonomian sampaikan, kita harus segera mengambil kebijakan yang tepat untuk menjawab tantangan dan memanfaatkan peluang,” pungkasnya. (*)

Simak berita dan artikel BorneoFlash lainnya di  Google News

banner 700x135

No More Posts Available.

No more pages to load.