Taman Budaya Sentawar, Objek Wisata Sekaligus Simbol Persatuan Etnis di Kutai Barat

oleh -
Taman Budaya Sentawar yang menjadi salah satu objek wisata sekaligus juga menjadi simbol persatuan antar etnis di Kabupaten Kutai Barat. Foto : BorneoFlash.com/Lilis Suryani.
Taman Budaya Sentawar yang menjadi salah satu objek wisata sekaligus juga menjadi simbol persatuan antar etnis di Kabupaten Kutai Barat. Foto : BorneoFlash.com/Lilis Suryani.

BorneoFlash.com, SENDAWARTaman Budaya Sentawar atau yang sering disingkat TBS merupakan salah satu destinasi wisata yang cukup digandrungi masyarakat Kutai Barat.

Terlebih lagi di hari-hari libur, taman budaya Sentawar seakan tak pernah sepi pengunjung yang melakukan olahraga santai maupun hanya sekedar jalan-jalan bersama sanak keluarga atau kerabat. 

Diketahui, Taman Budaya Sentawar terletak di Jl. Sendawar Raya, Kecamatan Barong Tongkok dan berseberangan langsung dengan Kantor Pengadilan Negeri dan Kantor Kejaksaan Negeri  Kutai Barat.

Dibangun pada era pemerintahan Ismael Thomas-Didik Effendi dan diresmikan pada 5 November 2012. Terdiri atas 6 bangunan lamin/lo’u sebagai representasi dari 6 etnis di Kutai Barat, antara lain suku Dayak Benuaq, Dayak Tunjung, Dayak Bahau, Dayak Aoheng, Dayak Kenyah, dan etnis Melayu (Kutai, Banjar, dll).

TBS merupakan pusat seni budaya yang dikelola Unit Pelayanan Teknis Dinas (UPTD) Taman Budaya Sentawar di bawah kendali Dinas Pariwisata (Dispar) Kutai Barat. 

Pembangunan gedung TBS Oleh kala itu menelan anggaran hingga Rp 40 miliar. Berbagai acara maupun kegiatan sering digelar di sini, mulai dari upacara adat, festival seni dan budaya, peringatan kemerdekaan RI, dan masih banyak lainnya.

Selain 6 bangunan lamin atau rumah panjang juga ada panggung utama yang dinamai Panggung Mook Manaar Bulant. Berfungsi sebagai panggung utama jika ada perayaan akbar yang digelar di TBS, seperti pada perayaan HUT Kutai Barat, pentas tarian hingga konser artis Ibu Kota.

Jika berkunjung ke Kutai Barat, sempatkanlah ke TBS pada hari Sabtu malam karena rutin digelar pertunjukan seni dan budaya dari 6 etnis.

Sempat ditutup lantaran kasus covid-19 di Kutai Barat terus meroket, dan saat ini kembali dibuka untuk umum dengan catatan setiap pengunjung diwajibkan mematuhi protokol kesehatan seperti memakai masker dan menjaga jarak.

Baca Juga :  Hasil Pengundian Nomor Urut Paslon Bupati dan Wakil Bupati Paser

Dengan dibukanya objek wisata ini setiap pengunjung diwajibkan menerapkan protokol kesehatan covid-19 guna menghindari terjadinya kerumunan dan mencegah potensi penularan Covid-19.

Memang belum ada edaran resmi di Kutai Barat bahwa objek wisata dibuka kembali, namun karena sudah masuk tatanan kehidupan baru.

Masyarakat diberi ruang untuk melaksanakan kegiatan disini, dengan melaksanakan standar covid itu sendiri,”ujar Kepala UPT TBS, Melitina, Minggu (4/7/2021).

Kepala UPT Taman Budaya Sentawar (TBS) Melitina, saat diwawancarai di lokasi TBS jalan Sendawar Raya, Barong Tongkok. Foto : BorneoFlash.com/Lilis Suryani.
Kepala UPT Taman Budaya Sentawar (TBS) Melitina, Foto : BorneoFlash.com/Lilis Suryani.

Pengunjung yang ingin berkunjung ke sini tidak dipungut biaya alias gratis. Semoga setelah pandemi berakhir, kegiatan seni dan budaya di TBS bisa kembali dihidupkan agar menjadi daya tarik sekaligus hiburan bagi para pengunjung. 

Dia menyebutkan Saat ini masyarakat sudah diperkenan berkunjung atau melakukan kegiatan di TBS, namun tetap mentaati prokes, seperti menggunakan masker, menjaga jarak, mencuci tangan dan tidak berkerumun.

“Sekarang pun masyarakat boleh berkunjung, cuma harus menggunakan masker, terus di lokasi sudah disediakan tempat cuci tangan, artinya harus sering cuci tangan, kemudian di pintu gerbang juga harus melewati pemeriksaan suhu tubuh,”lanjutnya

Karena saat ini dalam suasana pandemi Covid-19, tambah Melitina, masyarakat hanya bisa menikmati dan memanfaatkan fasilitas 6 lamin etnis dayak yang ada di Kubar, yakni lamin Tunjung, Benuaq, Bahau, Oheng, Kenyah dan Melayu, serta panggung utama TBS.

“Sebenarnya kalau kondisi normal, kitakan ada pentas budaya setiap malam minggu,  kemudian ada ecraft atau kerajinan tangan UKM di setiap lamin. Tapi dengan adanya pandemi inikan, kegiatan seni budaya, penjualan dan kegiatan ecraftnya juga tidak dilaksanakan untuk menghindari kerumunan,”ujarnya. 

(BorneoFlash.com/Lilis)

Simak berita dan artikel BorneoFlash lainnya di  Google News

banner 700x135