“Kalau kita serius menggali potensi lokal, kita tidak hanya menyelamatkan lingkungan, tetapi juga membuka pasar baru bagi pengrajin dan pelaku UMKM. Ini bisa menjadi jalan keluar dari ketergantungan pada plastik,”tegasnya.
Pihaknya menilai bahwa perubahan pola pikir dan kebiasaan masyarakat harus dimulai dari hal-hal sederhana namun berdampak besar.
Iduladha, sebagai momen kebersamaan dan solidaritas sosial, menjadi waktu yang tepat untuk menginisiasi perubahan tersebut.
Alih-alih sekadar mengganti kantong plastik, Pemprov mendorong inovasi desain pembungkus yang lebih kreatif, fungsional, dan ekonomis.
“Perubahan tak harus besar, tapi harus konsisten. Bila masyarakat bisa menerima dan pelaku usaha mampu berinovasi, maka pembungkus non-plastik bukan hanya pilihan, tapi kebutuhan,”tambah Sri Wahyuni.
Isu pengurangan plastik sekali pakai telah menjadi agenda global, namun realisasinya kerap terhambat karena minimnya ketersediaan solusi lokal yang praktis dan murah.
Oleh karena itu, Pemprov Kaltim menilai pentingnya membangun ekosistem produksi yang mampu memenuhi kebutuhan pasar, khususnya saat permintaan musiman meningkat.
Langkah ini sekaligus diharapkan menjadi stimulus bagi pelaku usaha kreatif dan pengrajin lokal untuk terus mengembangkan produk ramah lingkungan, yang tidak hanya digunakan saat hari besar keagamaan, tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari. (*)