Ia juga mengungkapkan, saat ini terdapat sekitar 126 koperasi aktif di Balikpapan. Namun, dari jumlah tersebut, baru 6 koperasi yang masuk kategori sehat, terutama dalam aspek pengelolaan risiko.
“Tahun kemarin sudah ada 30 koperasi yang mengikuti program pendampingan, tahun ini 30 lagi. Tapi yang baru dikategorikan sehat baru enam. Harapannya ke depan, koperasi yang saat ini cukup sehat bisa naik menjadi kategori sehat penuh,” ungkap Heruressandy.
Terkait program inkubasi tahun ini, Heruressandy menyebut ada beberapa perbedaan pendekatan dibandingkan tahun sebelumnya. Salah satunya dengan memberikan metode penyusunan manajemen risiko yang lebih sederhana agar koperasi lebih mudah memahami dan menerapkannya.
“Kami ingin membantu koperasi agar bisa lebih cepat dan mudah dalam menyusun manajemen risiko. Karena kalau terlalu rumit, kasihan mereka. Padahal ini sangat penting untuk menjaga keberlangsungan koperasi,” terang Heruresandy.
Manajemen Risiko Jadi Kunci Kesehatan Koperasi
Fredy Antoni, Fasilitator Pelatihan Manajemen Risiko Koperasi menjelaskan penguatan kelembagaan koperasi perlu didukung pemahaman yang mendalam di bidang usaha, keuangan, dan terutama manajemen risiko.
Fredy menjelaskan bahwa manajemen risiko dalam koperasi tidak hanya mencakup aspek keuangan, melainkan seluruh aktivitas usaha. Namun demikian, ia menekankan bahwa pengelolaan risiko keuangan menjadi salah satu aspek yang paling krusial dalam operasional koperasi.

“Contoh paling sederhana dari penerapan manajemen risiko adalah dengan menyiapkan dana cadangan. Ini langkah minimal untuk mengantisipasi kemungkinan risiko,” ujar Fredy.
Ia menjelaskan, dana cadangan dalam koperasi memiliki dua fungsi utama: memperkuat modal koperasi dan mengantisipasi potensi kerugian. Pengalokasian dana cadangan ini, lanjutnya, juga telah diatur dalam regulasi yang berlaku dan menjadi salah satu indikator penting dalam menjaga status kesehatan koperasi.