BorneoFlash.com, BALIKPAPAN – Inovasi pemanfaatan energi alternatif terus membawa manfaat nyata bagi warga Kota Balikpapan. Salah satunya dirasakan oleh Yuli, warga RT 36, yang sejak tahun 2019 berjualan gorengan dengan memanfaatkan energi alternatif yang dihasilkan sampah yang berada di kawasan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Manggar.
Yang menarik, aktivitas memasaknya tidak lagi bergantung pada gas elpiji seperti pedagang pada umumnya. Yuli memanfaatkan gas metan yang dihasilkan dari proses penguraian sampah di TPA tersebut sebagai sumber energi utama untuk menggoreng dagangannya.
“Alhamdulillah, bisa menghemat pengeluaran. Tidak perlu beli elpiji, cukup pakai gas metan. Untungnya jadi lebih banyak,” ujarnya kepada media, Selasa (15/4/2025).
Menurut Yuli, penggunaan gas metan tidak hanya lebih hemat, tetapi juga terasa lebih aman dibandingkan gas elpiji.
Pasalnya, banyak ibu-ibu sering merasa was-was saat menggunakan gas elpiji di dapur. Selain itu, pemanfaatan gas metan juga menghindarkannya dari antrean pembelian gas subsidi ukuran 3 kilogram yang kerap terjadi.
Menariknya, warga RT 36 hanya dikenakan biaya Rp 10 ribu per bulan untuk menggunakan gas metan, tanpa batas pemakaian. Meski demikian, penggunaan gas metan memerlukan waktu lebih lama untuk memasak dibandingkan elpiji. Namun, dari sisi keamanan dan efisiensi, Yuli lebih memilih tetap menggunakan gas metan.
“Kadang-kadang kalau cuaca mendung, pipanya kemasukan air dan harus dibersihkan teknisi. Tapi itu jarang terjadi,” tambahnya.
Pemanfaatan gas metan ini menjadi contoh penerapan energi ramah lingkungan sekaligus pemberdayaan masyarakat di sekitar TPA Manggar. Tidak hanya mengurangi limbah gas rumah kaca, tapi juga meningkatkan ekonomi warga melalui penghematan biaya dan menciptakan peluang usaha yang lebih berkelanjutan.