BorneoFlash.com, BALIKPAPAN – Upaya pengelolaan sampah di Kota Balikpapan terus menunjukkan hasil positif. Salah satu buktinya dapat terlihat di Material Recovery Facility (MRF) yang berlokasi di Kelurahan Gunung Bahagia, Kecamatan Balikpapan Selatan.
Fasilitas ini menjadi garda terdepan dalam memilah dan mengolah sampah dari rumah tangga sebelum menuju tempat pembuangan akhir.
Setiap harinya, MRF Gunung Bahagia menerima sampah dari 58 Rukun Tetangga (RT) yang terbagi ke dalam empat zona pengumpulan. Aktivitas pengambilan dimulai sejak pukul 08.30 Wita dan dikoordinasikan oleh tim yang terlatih.
Supervisor MRF, Rasman, menjelaskan bahwa sebanyak 26 petugas dikerahkan untuk memilah sampah sesuai jenisnya dengan bantuan mesin. Sampah kertas, botol plastik, hingga sampah organik dipisahkan dengan sistematis. Dari sekitar 8 ton sampah yang masuk setiap hari, sebanyak 200 hingga 250 kilogram sampah kering berhasil dipisahkan untuk dijual kembali.
“Setiap bulan, kami bisa menjual sekitar 5 ton hasil pemilahan sampah ke para pengepul. Nilainya bisa mencapai Rp 8 juta dan seluruh pendapatan itu disetorkan ke kas daerah,” ungkap Rasman, pada Selasa (15/4/2025).
Operasional MRF sendiri didanai oleh Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Balikpapan. Proses pemilahan dilakukan setiap Senin hingga Sabtu, dari pukul 08.30 hingga 15.00 Wita.
Sementara untuk residu sampah organik yang tidak dapat dimanfaatkan, langsung dikirim ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Manggar.
Sejak berdiri pada tahun 2016, fasilitas ini tidak menghadapi kendala berarti. Namun, sesekali muncul kejadian unik di lapangan, seperti warga yang datang mencari barang berharganya yang diduga ikut terbuang.

“Paling sering itu warga nyari handphone. Tapi kalau sudah masuk tumpukan, sulit dicari,” tutur Rasman.
Kehadiran MRF di Kelurahan Gunung Bahagia menjadi salah satu contoh nyata tata kelola sampah yang efektif bisa berdampak positif bagi lingkungan kota. Langkah ini sejalan dengan komitmen Balikpapan sebagai kota hijau yang terus memperkuat sistem pengelolaan limbah berbasis masyarakat.