Pertamina Dukung Kebijakan Pemerintah Hentikan Ekspor Minyak Mentah

oleh -
Penulis: Wahyuddin Nurhidayat
Editor: Ardiansyah
Pekerja PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) mengontrol kerangan pipa produksi yang berasal dari sumur menuju stasiun pengumpul minyak mentah Central Gathering Station (CGS) 10 Field Duri, Blok Rokan, Bengkalis, Riau, Rabu 22 Desember 2021. PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) sebagai bagian dari Subholding Upstream Pertamina menargetkan produksi minyak Blok Rokan meningkat dari 160 ribu barel per hari (bph) di tahun 2021 menjadi 300 ribu barel per hari (bph) pada tahun 2025. FOTO/Nova Wahyudi
Pekerja PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) mengontrol kerangan pipa produksi yang berasal dari sumur menuju stasiun pengumpul minyak mentah Central Gathering Station (CGS) 10 Field Duri, Blok Rokan, Bengkalis, Riau, Rabu 22 Desember 2021. PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) sebagai bagian dari Subholding Upstream Pertamina menargetkan produksi minyak Blok Rokan meningkat dari 160 ribu barel per hari (bph) di tahun 2021 menjadi 300 ribu barel per hari (bph) pada tahun 2025. FOTO/Nova Wahyudi

BorneoFlash.com, JAKARTAPertamina mendukung kebijakan pemerintah yang menghentikan ekspor minyak mentah untuk diolah di dalam negeri. Fadjar Djoko Santoso, Vice President Corporate Communication Pertamina, menyatakan bahwa perusahaan siap mendukung kebijakan ini demi memperkuat ketahanan energi nasional.

 

“Kami mendukung kebijakan ini karena sejalan dengan tren peningkatan produksi minyak Pertamina, yang pada 2024 mencapai rata-rata 556 ribu barel per hari, naik dari 415 ribu barel per hari pada 2023,” ujar Fadjar pada Rabu, 29 Januari 2025.

 

Pertamina terus memperbarui kapasitas dan fleksibilitas kilang-kilangnya melalui proyek Refinery Development Master Plan (RDMP), termasuk Kilang Balikpapan yang akan beroperasi penuh tahun ini dengan kapasitas pengolahan meningkat menjadi 360 ribu barel per hari.

 

Fadjar menjelaskan bahwa seluruh produksi minyak dari Pertamina Hulu Energi akan diserap oleh kilang domestik, yang diharapkan dapat menurunkan biaya pokok produksi. Perusahaan masih mengkaji dampaknya terhadap biaya produksi dalam negeri.

 

“Kami berharap dengan meningkatnya pasokan minyak domestik, harga dapat lebih kompetitif, yang akan berdampak positif pada biaya produksi,” tambahnya.

 

Meskipun kebijakan ini mungkin mempengaruhi sektor lain seperti perkapalan, Fadjar menegaskan bahwa Pertamina, sebagai perusahaan milik negara, akan mengikuti arahan pemerintah.

 

Sebelumnya, Menteri ESDM Bahlil Lahadalia mengumumkan bahwa pemerintah akan mengalihkan ekspor minyak mentah ke kilang domestik, dengan target 12-13 juta barel dari perkiraan ekspor 28 juta barel pada 2025. Kebijakan ini bertujuan meningkatkan pasokan bahan bakar minyak (BBM) nasional dan mengurangi ketergantungan pada impor. (*)

Simak berita dan artikel BorneoFlash lainnya di  Google News

banner 700x135

No More Posts Available.

No more pages to load.