BorneoFlash.com, JAKARTA – Indonesia bergabung sebagai mitra ekonomi BRICS dan diperkirakan dapat memperoleh berbagai manfaat. Salah satunya, kemitraan ini akan memperkuat kerja sama perdagangan dengan negara-negara anggota, seperti Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan, yang sering dianggap sebagai blok ‘anti-Barat’.
Guru Besar Hukum Internasional UI, Hikmahanto Juwana, menyatakan bahwa kemitraan ini membuka peluang bagi Indonesia untuk mengakses komoditas, seperti minyak mentah Rusia, dengan harga lebih murah. Mengingat negara-negara Barat memberlakukan embargo terhadap minyak Rusia, peluang ini memungkinkan Indonesia untuk mengurangi beban subsidi BBM yang besar.
Hikmahanto menegaskan bahwa akses minyak yang lebih murah dapat membantu pemerintah mengurangi biaya subsidi, mengingat besarnya pengeluaran negara untuk menanggung harga BBM. Namun, ia memperingatkan bahwa kemitraan BRICS ini bisa berdampak negatif pada upaya Indonesia bergabung dengan OECD, kelompok negara Barat yang sering memiliki kepentingan berlawanan dengan BRICS.
Jika ada aturan OECD yang melarang pembelian dari Rusia, pemerintah harus mempertimbangkan risiko kemitraan BRICS ini secara matang untuk menjaga kebijakan luar negeri Indonesia yang bebas dan aktif.
Di sisi lain, Direktur Eksekutif Segara Research Institute, Piter Abdullah, berpandangan bahwa Indonesia sudah menjalin hubungan cukup baik dengan negara-negara BRICS, seperti China, India, dan Rusia.
Oleh karena itu, nilai tambah dari kemitraan ini mungkin tidak signifikan. Meski begitu, ia mengakui bahwa kemitraan ini bisa menjadi peluang untuk memperkuat hubungan diplomatik, khususnya dengan Brasil dan Rusia, yang masih memiliki potensi besar dalam perdagangan dengan Indonesia. (*)