Dhanar menerangkan bahwa komplesi dual monobore adalah teknik penggunaan dua rangkaian tubing berdiameter 3-1/2” yang disemen hingga ke permukaan, sehingga memungkinkan produksi awal hidrokarbon dan workover dapat meningkatkan produksi sumur tanpa memerlukan rig.
“Sebagai perbandingan, komplesi konvensional menggunakan satu rangkaian tubing yang tidak disemen sehingga memerlukan rig untuk pemasangan dan pencabutan tubing. Hal itu tentu berdampak terhadap biaya,” jelasnya.
Manager PHSS Field Iva Kurnia Mahardi menyampaikan, penggunaan teknik CwD dan dual monobore merupakan terobosan strategis yang berperan dalam mempertahankan keekonomian proyek-proyek migas di Zona 9.
“Dual monobore terbukti lebih efisien dari sisi waktu dan biaya, menurunkan risiko produksi dan keselamatan kerja selama intervensi sumur, dan mengurangi emisi karbon yang dihasilkan dalam pekerjaan lanjutan.
Dari sisi investasi, menurut Iva, penggunaan komplesi dual monobore dapat memberikan efisiensi biaya hingga US$150 ribu dibandingkan dengan metode konvensional.
“Metode ini merupakan salah satu bentuk praktik terbaik di industri hulu migas untuk mempertahankan tingkat produksi lapangan sehingga lapangan PHSS dapat terus mendukung ketahanan energi nasional,” imbuhnya.
Saat ini, PHSS pun melanjutkan strategi pengeboran borderless untuk wilayah kerja yang saling beririsan dengan lapangan PT Pertamina EP (PEP) di Zona 9 melalui kegiatan pengeboran dengan menggunakan 11 rig secara bersamaan. (*)