Tantangan besar yang dihadapi komunitas Muslim setempat dalam upaya mereka untuk melestarikan salah satu artefak paling berharga tersebut adalah memastikan semua halaman yang berisi lebih dari 6.000 ayat Al Quran ditempatkan dalam urutan tepat.
Tugas ini dilakukan oleh almarhum Maulana Taha Karaan, yang merupakan kepala ahli hukum Dewan Yudisial Muslim yang berbasis di Cape Town, bersama dengan beberapa cendekiawan Muslim setempat.
Seluruh proses, yang diakhiri dengan penjilidan halaman, membutuhkan waktu tiga tahun untuk menyelesaikannya.
Sejak itu, Al-Qur’an tersebut telah ditampilkan di Masjid Auwal, yang didirikan oleh Tuan Guru pada 1794 sebagai masjid pertama di tempat yang sekarang dikenal sebagai bagian dari Afrika Selatan.
Hingga saat ini, sudah ada tiga upaya mencuri kitab suci yang tak ternilai harganya itu. Semuanya gagal.
Hal ini mendorong komite masjid untuk mengamankannya dalam kotak pelindung tahan api dan peluru di depan masjid 10 tahun yang lalu.
Tuan Guru, imam asal Indonesia yang menyebarkan agama Islam ke Afrika Selatan
Penulis biografi Tuan Guru, Shafiq Morton, meyakini bahwa cendekiawan itu kemungkinan besar mulai menulis salinan pertama Al-Qur’an saat ditahan di Pulau Robben tempat figur anti-apartheid Nelson Mandela juga dipenjara dari era 1960-an hingga 1980-an.
Tuan Guru diyakini terus melakukannya setelah ia bebas dari tahanan sehingga secara keseluruhan dia telah menulis lima salinan Qur’an.