Akhir 1980-an, jet tempur udara ke udara murni ini dimodifikasi untuk menyerang sasaran di darat, sehingga membuatnya mendapat deskripsi multirole atau multi peran.
AU AS membeli jet F-15E terakhir tahun 2001. Tapi berakhirnya pembelian F-15 oleh Amerika tak berarti akhir produksinya.
Boeing terus mengembangkannya, menambahkan teknologi terkini untuk klien termasuk Israel, Korea Selatan, dan Qatar.
Di 2018, barulah Boeing memperkenalkan versi baru, F-15EX, bukan sebagai pengganti jet siluman F-35 Joint Strike Fighter tapi untuk beroperasi bersamanya.
F-15EX menampilkan semua teknologi terbaru ditambah kemampuan kemampuan untuk membawa banyak rudal. Majalah Angkatan Udara melaporkan perbaikan lainnya termasuk komputer jauh lebih kuat, tampilan kokpit baru, teknologi digital, dan Eagle Passive Active Warning Survivability System (EPAWSS), sistem peperangan elektronik dan identifikasi ancaman.
F-35 Joint Strike Fighter, di sisi lain, hanya dapat membawa empat rudal AMRAAM di ruang senjata internal, karena ia harus terbang tanpa rudal dan peralatan lain yang tergantung di sayap, untuk mempertahankan fitur siluman anti radar.
Adapun F-15 tak punya ruang internal tapi memiliki banyak rak rudal. Nah di AU AS, F-35 dan F-15EX kemungkinan akan terbang berpasangan jika berlaga, dengan F-35 secara diam-diam mendeteksi pesawat tempur musuh sementara F-15EX siap menembakkan rudal udara ke udara.