BorneoFlash.com – Sejarah Idul Adha bermula pada kisah Nabi Ibrahim AS yang diperintahkan Allah SWT untuk menyembelih putranya, Nabi Ismail AS. Idul Adha biasa dirayakan oleh umat Islam setiap 10 Dzulhijah.
Hal ini diceritakan oleh Ibnu Katsir dalam Kitab Qashash al-Anbiyaa bahwa ketika Nabi Ismail AS semakin besar dan mampu untuk membantu pekerjaan ayahnya, pada saat itulah Nabi Ibrahim AS bermimpi untuk menyembelih Nabi Ismail AS.
Dalam suatu hadits yang diriwayatkan secara marfu’ disebutkan: “Mimpi para nabi adalah wahyu.” Ubaid bin Umair juga mengatakan hal yang sama. (HR Bukhari).
Menurut Ibnu Katsir, perintah untuk menyembelih Nabi Ismail AS merupakan ujian dari Allah SWT terhadap Nabi Ibrahim AS. Ia diperintahkan untuk menyembelih putranya itu yang lahir ketika Nabi Ibrahim AS sudah berusia tua.
Pada akhirnya, Nabi Ibrahim AS menuruti apa yang diperintahkan oleh Allah SWT untuk menyembelih putranya. Ia menyampaikan perintah Allah SWT tersebut kepada putranya agar dapat menenangkan hatinya dan memudahkan penyembelihannya, tanpa ada paksaan.
Kisah ini sebagaimana dijelaskan oleh Allah SWT dalam firman-Nya,
فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يٰبُنَيَّ اِنِّيْٓ اَرٰى فِى الْمَنَامِ اَنِّيْٓ اَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرٰىۗ قَالَ يٰٓاَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُۖ سَتَجِدُنِيْٓ اِنْ شَاۤءَ اللّٰهُ مِنَ الصّٰبِرِيْنَ ١٠٢
Artinya: “Ketika anak itu sampai pada (umur) ia sanggup bekerja bersamanya, ia (Ibrahim) berkata, “Wahai anakku, sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Pikirkanlah apa pendapatmu?” Dia (Ismail) menjawab, “Wahai ayahku, lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu! Insyaallah engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang sabar.” (QS Ash-Shaffat: 102).
Diceritakan pula bahwa Nabi Ibrahim AS membaringkan Nabi Ismail AS seperti dibaringkannya hewan sembelihan, yaitu dengan meletakkan pipi Nabi Ismail AS hingga menempel ke tanah.
Nabi Ibrahim AS lalu menyebut Asma Allah SWT dengan bertakbir, bersaksi dan menyerahkan sepenuhnya kematian putranya kepada Allah SWT.