Indonesia di Pusat Transisi Energi Global, Hilirisasi Jadi Fondasi Ekonomi Masa Depan

oleh -
Penulis: Wahyuddin Nurhidayat
Editor: Ardiansyah
Ilustrasi - Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa (kiri) berbincang dengan Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala BKPM sekaligus CEO Badan Pengelola Investasi (BPI) Daya Anagata Nusantara (Danantara) Rosan Roeslani (kanan) saat mengikuti rapat kerja dengan Komisi XI DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (4/12/2025). FOTO : ANTARA/Asprilla Dwi Adha/nz
Ilustrasi - Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa (kiri) berbincang dengan Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala BKPM sekaligus CEO Badan Pengelola Investasi (BPI) Daya Anagata Nusantara (Danantara) Rosan Roeslani (kanan) saat mengikuti rapat kerja dengan Komisi XI DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (4/12/2025). FOTO : ANTARA/Asprilla Dwi Adha/nz

BorneoFlash.com, JAKARTA – Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala BKPM Rosan Roeslani menegaskan pemerintah memprioritaskan hilirisasi sumber daya alam sebagai fondasi transformasi ekonomi untuk membawa Indonesia keluar dari jebakan pendapatan menengah menuju negara industri mandiri.

 

Rosan menyatakan Indonesia memimpin berbagai komoditas strategis seperti nikel dan kelapa sawit, serta memegang peran penting pada komoditas timah dan bauksit yang menempatkan Indonesia di pusat transisi energi global.

 

Ia menyampaikan hal tersebut saat membahas penguatan kebijakan hilirisasi, termasuk saat memberikan pandangan atas buku Indonesia Naik Kelas karya Dany Amrul Ichdan yang memetakan strategi pertumbuhan ekonomi berkelanjutan hingga 8 persen menuju Indonesia Emas 2045.

 

Menurut Rosan, Indonesia kini menjadi kekuatan ekonomi terbesar di Asia Tenggara dan tetap tumbuh sekitar 5 persen di tengah ketidakpastian global.

 

Ia menegaskan hilirisasi menjadi strategi kedaulatan ekonomi untuk memperkuat rantai nilai dan meningkatkan daya saing nasional.

 

Sepanjang Januari – September 2025, sektor hilir menarik investasi Rp431 triliun atau lebih dari 30 persen total investasi nasional dengan pertumbuhan tahunan 58,1 persen.

 

Untuk mencapai pertumbuhan ekonomi 8 persen dalam lima tahun, Rosan menyebut Indonesia membutuhkan investasi sekitar 815 miliar dolar AS melalui transformasi struktural, bukan sekadar konsumsi domestik.

 

Karena itu, pemerintah fokus menarik investasi berkualitas, mendorong alih teknologi, memperkuat rantai nilai dalam negeri, serta mereformasi kebijakan fiskal dan perpajakan guna meningkatkan daya saing dan mempercepat transisi hijau. (*)

Simak berita dan artikel BorneoFlash lainnya di  Google News

Jangan ketinggalan berita terbaru! Follow Instagram  dan subscribe channel YouTube BorneoFlash Sekarang

No More Posts Available.

No more pages to load.