BorneoFlash.com, OPINI – Di tengah pusaran krisis global yang meliputi konflik tak berkesudahan, ketidakadilan ekonomi, degradasi lingkungan, dan kekosongan spiritual, dunia modern tampak kehilangan arah.
Dalam kegelapan ini, muncul sebuah pertanyaan mendesak: adakah sebuah peradaban atau pandangan hidup yang mampu menawarkan solusi komprehensif dan menjadi mercusuar yang membimbing umat manusia menuju kedamaian, keadilan, dan kemajuan sejati? Esai ini berargumen bahwa Islam, dengan kekayaan warisan intelektual, moral, dan spiritualnya yang mendalam, memiliki potensi untuk kembali memainkan peran sebagai mercusuar dunia, sebagaimana yang pernah dilakukannya pada masa keemasannya.
Sejarah mencatat bahwa peradaban Islam pernah menjadi pusat ilmu pengetahuan, filsafat, dan inovasi selama berabad-abad, menerangi Eropa yang kala itu berada dalam “Zaman Kegelapan.”
Fondasi kebangkitan ini terletak pada ajaran Islam yang menganjurkan pencarian ilmu (ilmu), penekanan pada keadilan (adl), kasih sayang (rahmah), dan persatuan (tauhid). Nilai-nilai universal ini, yang berakar kuat dalam Al-Qur’an dan Sunnah, membentuk kerangka bagi masyarakat yang beradab dan progresif.
Salah satu pilar utama yang mendukung klaim Islam sebagai mercusuar adalah tradisi filsafatnya yang kaya. Para filsuf Muslim tidak hanya melestarikan dan menerjemahkan karya-karya Yunani kuno, tetapi juga mengembangkannya dengan orisinalitas yang luar biasa.
Al-Farabi, misalnya, dengan konsep Madinah al-Fadhilah (Kota Utama atau Kota Kebajikan), menguraikan visi masyarakat ideal yang dipimpin oleh seorang filsuf-raja yang bijaksana, yang memerintah berdasarkan keadilan dan kebajikan.
Baginya, tujuan negara adalah mencapai kebahagiaan tertinggi bagi warganya melalui penegakan keadilan dan penyebaran ilmu pengetahuan. Visi ini menawarkan cetak biru bagi tata kelola yang etis dan berorientasi pada kesejahteraan, sangat relevan di era di mana banyak negara bergulat dengan korupsi dan ketidakadilan.
Kontribusi Ibn Sina (Avicenna), seorang polimatik yang brilian, menunjukkan betapa Islam mendorong eksplorasi rasional dan empiris. Karyanya dalam kedokteran, filsafat, logika, dan metafisika tidak hanya memengaruhi pemikiran Barat selama berabad-abad tetapi juga menegaskan bahwa akal dan wahyu dapat berjalan seiring.