Wilayah ini dinilai sangat strategis dalam menghadapi tiga krisis utama yang tengah dihadapi dunia, yaitu krisis iklim, kehilangan keanekaragaman hayati, dan polusi.
“Ekosistem ini memiliki fungsi penting dalam pengendalian krisis iklim global melalui cadangan karbon yang tersimpan di lahan gambutnya. Maka, perlindungan kawasan ini tidak bisa ditunda lagi,”kata Hanif.
Sebagai upaya jangka panjang, pemerintah telah menyusun Strategi dan Rencana Aksi Keanekaragaman Hayati Indonesia (IBSAP) untuk periode 2025–2045, yang mencakup perlindungan pada tingkat ekosistem, spesies, dan genetik.
Namun, pelaksanaannya membutuhkan sinergi dari seluruh pemangku kepentingan.
“Konservasi tidak bisa berjalan sendiri. Diperlukan kolaborasi antara pemerintah, dunia usaha, akademisi, dan masyarakat lokal agar tujuan bersama ini dapat tercapai,”tegasnya.
Menutup rangkaian kunjungan, Hanif kembali menekankan pentingnya peran aktif semua pihak untuk melestarikan pesut Mahakam dan menjaga keseimbangan ekosistem Danau Mahakam demi keberlanjutan generasi mendatang.
“Kami mengajak seluruh elemen bangsa untuk bersatu, mengerahkan kewenangan, instrumen, serta sumber daya yang tersedia dalam rangka menyelamatkan pesut Mahakam dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar,”pungkasnya. (*)