Nana menyampaikan bahwa petani dapat memindahkan bibit ke lahan setelah berumur enam bulan. Jika menggunakan media tanah, mereka dapat mencabut atau memutar tanaman setelah membasahi tanah. Pemupukan juga harus dilakukan bertahap sesuai umur bibit. Contohnya, pada umur 3 bulan, petani bisa memberikan urea 10 g/m², TSP 5 g/m², dan KCL 5 g/m², dan dosis meningkat seiring pertambahan usia.
Petani juga harus memperhatikan jarak tanam, yang berbeda tergantung jenis kopi. Untuk Arabika, jarak tanam bervariasi tergantung varietas, dari 2,0 x 1,5 m hingga 3,0 x 2,0 m. Untuk Robusta, jarak tanam antara 2,5 x 2,5 m atau 3,0 x 2,0 m. Liberika dan Ekselsa memiliki jarak tanam yang lebih lebar, antara 3,0 x 3,0 m hingga 4,0 x 2,5 m.
Pemberian pupuk dilakukan dengan menggali lubang di sekitar tanaman, memasukkan pupuk sesuai dosis, lalu menutupnya kembali. Tanaman pelindung juga dibutuhkan untuk mengatur pembungaan. Jika menggunakan lamtoro, perbandingan idealnya adalah 1:2 dan saat pohon kopi dewasa menjadi 1:4. Pohon pelindung harus memiliki percabangan dua kali lebih tinggi dari pohon kopi.
Pemangkasan juga penting untuk merangsang pertumbuhan cabang buah baru, memperlancar sirkulasi udara dan cahaya, serta membuang cabang tua atau terserang penyakit. Petani memangkas Arabika pada ketinggian 1,5–1,8 m dan Robusta pada 1,8–2,5 m. Pemangkasan produksi dilakukan untuk menghilangkan tunas air, cabang tidak produktif, dan cabang terserang hama atau penyakit.
Untuk menghadapi hama dan penyakit seperti bubuk buah, bubuk cabang, kutu putih, nematoda, karat daun, dan jamur akar, petani bisa melakukan pemetikan buah terserang, pemangkasan, penggunaan pestisida dan fungisida, rotasi tanaman, dan memilih varietas tahan.
Saat memasuki masa panen, petani memanen sesuai waktu pembungaan yang tidak serentak. Mereka melaksanakan panen pendahuluan, panen utama, dan panen akhir. Robusta dipanen 8–11 bulan setelah bunga muncul, sedangkan Arabika 6–8 bulan. Waktu panen yang tepat menjadi kunci mutu kopi, dengan ciri buah matang berwarna merah terang.
Terdapat empat metode pemanenan: selektif (memetik buah matang), setengah selektif (memetik dompolan yang sebagian besar matang), lelesan (mengumpulkan buah jatuh), dan rajutan (memetik semua buah, biasa dilakukan pada akhir masa panen).
Pasca panen, petani dapat memilih metode pengolahan kering atau basah. Pada metode kering, mereka menjemur buah secara langsung, baik utuh maupun setelah dikupas dengan mesin. Pada metode basah, mereka memfermentasi buah untuk menghilangkan lendir sebelum dikeringkan dan dikupas kulit tanduknya. Produk akhir dari kedua metode harus memenuhi standar mutu, termasuk kadar air dan kebersihan dari kotoran serta serangga. (*/brin.go.id)