Tim peneliti merancang tanin sebagai proteksi bagi protein dari degradasi berlebihan oleh mikroba rumen, sehingga meningkatkan protein bypass rumen dan efisiensi penggunaan nitrogen ternak. Dengan cara ini, penggunaan tanin tidak hanya menurunkan emisi metana, tetapi juga meningkatkan pemanfaatan nutrien dan energi oleh hewan ternak.
“Kami mengidentifikasi manipulasi pakan sebagai kunci. Dengan mengeksplorasi tanin sebagai aditif, kami ingin meningkatkan performa dan ketahanan tubuh ruminansia,” tegasnya.
Ainissya menjelaskan bahwa pakan aditif mencakup bahan tambahan seperti vitamin, hormon, antibiotik, atau senyawa bioaktif yang dicampurkan dalam ransum untuk mendukung performa ternak. Dalam uji awal, formulasi tanin-mix yang mereka kembangkan campuran tanin dan asam amino menunjukkan kemampuan untuk menstabilkan mikrobiota rumen, menurunkan stres metabolik, dan memperkuat sistem kekebalan ternak.
BRIN menyelenggarakan kegiatan Summer School ini secara berkala setiap dua minggu sebagai forum berbagi ilmu. Selain menampilkan peneliti internal, BRIN juga mengundang rekan-rekan eksternal dari berbagai bidang keahlian guna memperkaya pendekatan multidisipliner dalam riset zoologi terapan.
Melalui riset berbasis data dan pendekatan aplikatif, BRIN menegaskan peran strategisnya dalam menghadirkan solusi untuk tantangan peternakan modern. Inovasi nutrisi berbasis tanin tak hanya meningkatkan produktivitas, tetapi juga mencerminkan kontribusi ilmiah Indonesia dalam mengurangi jejak karbon sektor pertanian. (*/brin.go.id)