BorneoFlash.com, OLAHRAGA – Kongres FIFA ke-75 tahun 2025 resmi digelar pada Kamis (15/5) di kota Asuncion, Paraguay.
Presiden FIFA, Gianni Infantino, secara resmi membuka Kongres FIFA ke-75 yang dihadiri oleh delegasi dari 211 negara anggota.
Kongres tahunan ini menjadi forum strategis di mana para pemangku kepentingan sepak bola global membahas isu-isu penting yang akan membentuk arah perkembangan sepak bola dalam beberapa dekade mendatang.
Indonesia ikut berperan aktif dalam acara bergengsi ini melalui kehadiran tiga perwakilan dari PSSI, yaitu Anggota Komite Eksekutif (Exco) PSSI Muhammad, Vivin Sungkono Cahyani, dan Sekretaris Jenderal Yunus Nusi.
Dengan berpartisipasi dalam forum ini, PSSI menunjukkan komitmennya untuk mendukung program-program serta tata kelola sepak bola yang lebih baik sesuai arahan FIFA.
Dalam sambutannya, Gianni Infantino memaparkan laporan tahunan FIFA dan mengulas berbagai pencapaian serta tantangan yang masih dihadapi oleh dunia sepak bola.
Infantino juga menegaskan pentingnya menjalin solidaritas antarnegara anggota demi menjaga semangat olahraga yang inklusif dan bebas dari diskriminasi.
FIFA turut menggelar pemilihan untuk sejumlah komite, seperti Komite Disiplin, Komite Etik, Komite Banding, Komite Tata Kelola, Audit, dan Kepatuhan.
Selain itu, FIFA mengadakan sesi diskusi untuk membahas proposal dari asosiasi anggota terkait berbagai agenda dan event sepak bola di masa depan.
TOPIK DISKUSI FIFA DALAM KONGRES:
1. Komitmen Melawan Rasisme
Infantino kembali menegaskan sikap tegas FIFA terhadap segala bentuk diskriminasi.
Para peserta kongres melanjutkan pembahasan terkait inisiatif global anti-rasisme yang telah mereka sepakati sebelumnya.
Mereka juga menekankan pentingnya menjaga persatuan dan mendorong inklusivitas dalam sepak bola.
2. Piala Dunia Antarklub 2025
Format baru Piala Dunia Antarklub yang akan digelar pertama kali pada 2025 menjadi sorotan.
Kompetisi ini tidak hanya menjanjikan kualitas tinggi dalam persaingan klub-klub terbaik dunia, tetapi juga menjadi sarana redistribusi dana solidaritas kepada klub-klub dari berbagai negara.
3. Piala Dunia Wanita 2027, 2031, dan 2035
Kongres menegaskan dukungan berkelanjutan terhadap pengembangan sepak bola wanita.
Selain mempersiapkan Piala Dunia Wanita 2027 yang akan berlangsung di Brasil, FIFA juga mulai membuka bidding untuk edisi 2031 dan 2035.
4. Piala Dunia 2023 dan 2034
Kesiapan penyelenggaraan Piala Dunia 2030 menjadi salah satu agenda penting.
FIFA menetapkan Maroko, Portugal, dan Spanyol sebagai tuan rumah untuk turnamen mendatang, sementara Argentina, Paraguay, dan Uruguay akan menggelar laga pembuka sebagai perayaan 100 tahun turnamen tersebut.
Di sisi lain, FIFA juga memastikan Arab Saudi sebagai tuan rumah untuk edisi Piala Dunia 2034.
5. Pengembangan Sepak Bola Global
Program-program pengembangan seperti “Football for Schools” kembali disorot sebagai upaya membangun fondasi sepak bola dari akar rumput.
FIFA juga memperkuat dukungan terhadap pertumbuhan sepak bola wanita secara menyeluruh.
6. Tata Kelola dan Kepatuhan
FIFA menggarisbawahi pentingnya transparansi dan akuntabilitas dalam menjalankan federasi, termasuk dalam hal keuangan dan kepatuhan terhadap regulasi.
Prinsip good governance menjadi landasan dalam memperkuat institusi sepak bola dunia.
7. Isu-isu Asosiasi Anggota
Kongres juga membuka ruang dialog terkait tantangan yang dihadapi oleh berbagai asosiasi anggota.
Salah satu isu yang mencuat adalah situasi di Palestina, yang menjadi topik diskusi khusus dalam kerangka solidaritas dan bantuan kemanusiaan.
8. Perkembangan Teknologi dan Regulasi
FIFA terus mengikuti perkembangan teknologi dalam olahraga.
Kongres membahas inovasi yang mendukung keadilan pertandingan serta pembaruan regulasi yang relevan dengan dinamika modern sepak bola.
Kongres FIFA 2025 di Asuncion membuktikan sepak bola tidak hanya soal kompetisi di lapangan, tetapi juga tentang bagaimana dunia bisa bersatu untuk membentuk masa depan yang lebih inklusif, adil, dan berkelanjutan bagi olahraga paling populer di dunia ini. (*/pssi.org)