PHE Kembangkan Hidrogen Alami di Sulawesi Tengah

oleh -
Penulis: Wahyuddin Nurhidayat
Editor: Ardiansyah
Foto: PT Pertamina Hulu Energi (PHE) sebagai Subholding Upstream Pertamina mencatatkan produksi migas sebesar 1,04 juta barel setara minyak per hari (MBOEPD) pada Kuartal III 2024. (Doc PHE)
Foto: PT Pertamina Hulu Energi (PHE) sebagai Subholding Upstream Pertamina mencatatkan produksi migas sebesar 1,04 juta barel setara minyak per hari (MBOEPD) pada Kuartal III 2024. (Doc PHE)

BorneoFlash.com, – PT Pertamina Hulu Energi (PHE), sebagai Subholding Upstream Pertamina, mengkaji pengembangan energi bersih di Sulawesi Tengah berupa hidrogen alami atau natural hydrogen. Hidrogen ini terbentuk melalui proses elektrolisis alami yang terjadi tanpa intervensi teknologi tambahan.

 

Direktur Eksplorasi PT Pertamina Hulu Energi (PHE), Muharram Jaya Panguriseng, menjelaskan bahwa hidrogen alami, yang juga dikenal sebagai geologic hydrogen atau natural hydrogen, tersedia secara alami di Indonesia.

 

“Saya kira ini adalah energi masa depan. Kami sangat agresif dalam pengembangannya, bahkan ketika regulasi pemerintah terkait hidrogen alami masih dalam tahap awal, kami sudah mulai melakukan studi,” ujar Muharram dalam Media Gathering Subholding Upstream (PHE), Kamis (13/2/2025).

 

Saat ini, PHE berdiskusi dengan pemerintah mengenai pengembangan hidrogen alami ini. Muharram mengungkapkan bahwa Kementerian ESDM mendukung penuh studi yang dilakukan oleh PHE.

 

“Ini bukan hal baru. Kami melakukan studi, dan Insya Allah, hasilnya akan menjadi bagian dari energi masa depan,” tambahnya.

 

Menurut Muharram, biaya studi hidrogen alami ini mencapai sekitar USD 220.000.

 

Hidrogen Alami dan Fenomena Api Abadi

Muharram menjelaskan bahwa hidrogen alami berasal dari batuan ultramafik, yaitu sumber daya geologi yang kaya akan kandungan besi. Batuan ini menghasilkan gas hidrogen melalui reaksi serpentinisasi ketika bercampur dengan air pada suhu dan tekanan tertentu.

 

“Jika batuan ultramafik bereaksi dengan air, terjadi reaksi yang disebut serpentinisasi, yang menghasilkan gas hidrogen (H₂). Gas ini menjadi sumber energi yang sangat bersih,” paparnya.

 

Muharram juga menyebut bahwa gas hidrogen dari proses serpentinisasi memiliki karakteristik unik karena dapat menyala tanpa pemicu tambahan. Bahkan, hanya dengan suhu atmosfer dan paparan oksigen, hidrogen ini bisa terbakar secara alami.

Baca Juga :  Berikut Nomor Urut dan Masa kampanye Pilpres 2024

 

“Gas ini bisa menyala sendiri saat bertemu oksigen, tanpa perlu korek api. Fenomena ini dapat kita lihat di Tanjung Api, Sulawesi Tengah. Api di sana terus menyala karena suplai hidrogen alami yang terus keluar dari dalam tanah,” jelasnya.

 

Berbeda dengan hidrogen hijau dan biru yang membutuhkan proses elektrolisis dengan bantuan listrik, hidrogen dari batuan ultramafik berpotensi menjadi solusi energi yang lebih efisien dan ekonomis. (*)

Simak berita dan artikel BorneoFlash lainnya di  Google News

banner 700x135