Takdir Pustaka: Yusuf Sang Pengembara Kata, Lain Slamet lain pula Yusuf

oleh -
Editor: Ardiansyah
lustrasi by Freepik.
lustrasi by Freepik.

BorneoFlash.com, OPINI – Bagi saya, Yusuf lebih dari sekadar sahabat—ia mentor, saudara, dan guru dalam dunia literasi. Sejak awal 2000-an, ia sudah menjadi legenda di kalangan mahasiswa pegiat komunitas epistemik Yogyakarta yang haus akan ilmu dan pemikiran.

 

Tidak mengenyam pendidikan formal hingga tuntas; berkali-kali ia masuk universitas, lalu memilih drop out. Bukan tersebab gagal, tetapi karena bosan. Yusuf lebih suka belajar dari buku-buku yang ia temukan sendiri, dari diskusi-diskusi liar di warung kopi, dan dari perjumpaan intelektual di luar ruang kelas.

 

Sejak muda, Yusuf memburu kata-kata dengan rakus. Ia menulis dengan tingkat produktifitas dan ketajaman yang mampu membuat banyak akademisi malu. Hingga hari ini puluhan buku telah dihasilkannya. Bukan genre fiksi melainkan karya-karya apik seputar peradaban literasi yang menjadi minatnya. 

 

Bukan hanya itu. Ia adalah momok dalam kompetisi esai maupun karya ilmiah. Orang-orang yang dikalahkannya dalam kompetisi semacam itu pun bukan sembarangan. Sekelas doktor bisa dipaksanya bertengger di posisi kedua atau ketiga dalam perebutan juara.

 

Saya mengenal sosok Yusuf sebagai seorang kutu buku paripurna yang selalu bersemangat mengajari para mahasiswa lintas kampus keterampilan olah kata cuma-cuma. Meski hidupnya penuh kekurangan dari sisi materi, ia tidak pernah memungut biaya atas pengajarannya. 

 

Pria asal Cirebon ini menggantungkan penghasilan dari karya tulis yang secara rutin dikirimkan ke harian lokal maupun nasional. 

 

Yusuf adalah tipikal otodidak yang hidup berpetualang dari buku ke buku. Kerakusan dan ketekunannya dalam melahap pagina demi pagina selalu membuat saya tertegun. 

Simak berita dan artikel BorneoFlash lainnya di  Google News

banner 700x135

No More Posts Available.

No more pages to load.