Latifa Qashqash, pengungsi lainnya, menyuarakan perasaan serupa.
“Saya bahagia karena saya akan kembali ke daerah dan tempat asal saya. Saya juga takut. Karena saya tidak percaya kepada orang Israel. Saya juga sedih karena kehilangan orang-orang yang kami cintai dan harta benda kami. Kami akan meninggalkan tenda di sini untuk tinggal di tenda di sana,” ungkapnya.
Korban Jiwa dan Harapan Baru
Sejak kesepakatan gencatan senjata diumumkan pada Rabu lalu, otoritas Palestina mencatat sedikitnya 122 warga Palestina, mayoritas wanita dan anak-anak, tewas akibat serangan militer Israel. Meski demikian, warga Gaza tetap berharap gencatan senjata kali ini dapat membawa kedamaian yang lebih permanen.
Banyak warga di Deir Al Balah terlihat merekam momen-momen awal ini dengan ponsel mereka, bertepuk tangan, dan saling berpelukan. Namun, rasa takut akan pelanggaran gencatan senjata terus menghantui.
Konflik Gaza-Israel yang telah berlangsung lama menunjukkan kompleksitas dan tantangan besar dalam menciptakan perdamaian. Gencatan senjata ini menjadi harapan baru bagi warga Gaza untuk memulai kembali kehidupan mereka di tengah kehancuran. (*)