Dwi juga menjelaskan, saat ini hulu migas memiliki 5 proyek strategis nasional yang sedang berlangsung dengan total nilai investasi US$ 45,09 miliar.
Selain itu, hingga 2029 akan ada 95 proyek minyak dan gas dengan total capital expenditure sebesar USD 3,28 miliar. Untuk tahun 2024, ditargetkan 15 proyek akan beroperasi yang akan meningkatkan kapasitas produksi sebesar 41.922 BOPD (barel minyak per hari) dan 324 MMSCFD (juta standar kaki kubik per hari) gas.
“Produksi tambahan dari proyek-proyek tersebut sangat penting dalam memenuhi target tahun ini, oleh karena itu, penting untuk tidak menunda penyelesaian proyek-proyek tersebut,” ujarnya
Terkait kegiatan eksplorasi, Dwi menekankan agar SKK Migas bersama KKKS kedepan melakukan strategi peningkatan aktivitas eksplorasi, termasuk mengubah target eksplorasi dari kecil-menengah menjadi menengah-besar, dan fokus pada pengembangan peluang migas non konvensional.
“Berdasarkan strategi tersebut, saya meminta komitmen KKKS agar kegiatan dan investasi dalam eksplorasi dapat berjalan dengan agresif, dan semoga kita dapat menemukan cadangan besar lagi, terutama di wilayah laut dalam,” ungkapnya.
Pada tahun 2023, SKK Migas bersama KKKS berhasil melakukan pengeboran eksplorasi terbanyak sejak tahun 2017 dengan jumlah 38 sumur. Pada tahun 2024, target pengeboran sumur eksplorasi ialah 48 sumur atau peningkatan sebesar 171% sejak 2020. Peningkatan aktivitas ini juga tercermin dalam peningkatan investasi eksplorasi.
“Kita berhasil kembali ke dalam peta industri hulu migas global, melalui 2 penemuan besar di dunia yaitu Geng North dan Layaran. Ini adalah penemuan terbesar di Indonesia sejak penemuan Lapangan Abadi pada tahun 2000. Kita harus memaksimalkan momentum ini dengan mengeksplorasi lebih banyak peluang dan mengubahnya menjadi produksi yang akan bermanfaat bagi investor dan ekonomi Indonesia,” kata Dwi.
Dwi mengatakan bahwa tantangan terbesar dalam mencapai target produksi minyak saat ini ialah KKKS, masih fokus dalam mempertahankan penurunan alamiah dari lapangan yang ada. Sedangkan untuk mengubah cadangan menjadi produksi juga terkendala oleh masalah POD mangkrak dan proyek yang tertunda.
“SKK Migas membutuhkan komitmen KKKS untuk melaksanakan POD dan menyelesaikan proyek tepat waktu. Sedangkan untuk gas, kami juga perlu mengatasi tantangan berupa keterlambatan proyek dan serapan yang dari pembeli,” ujarnya. (*)