“Jangan pernah pesimis, teruslah optimis. Kalau anda yakin sukses pasti akan sukses. Kita pelajari dari orang-orang sukses lalu amati, tiru dan modifikasi apabila ada yang kurang cocok dengan diri kita. Lebih baik kita telah siap walaupun belum dapat kesempatan, daripada sudah dapat kesempatan tapi belum siap,” jelas Frans.
Sementara itu, General Manager PT KPI Unit Balikpapan Arafat Bayu Nugroho menjelaskan program pengembangan kilang yang saat ini dilaksanakan oleh PT KPI.
“Kilang di Balikpapan diberi amanah untuk menangani salah satu proyek terbesar yang dimiliki Pertamina saat ini dengan investasi lebih dari Rp. 100 triliun. Ini tentu perlu melibatkan banyak sumber daya,” kata Bayu.
Pengembangan kilang ini menurut Bayu juga merupakan respon Pertamina terhadap perubahan-perubahan yang terjadi. “Kita membangun kilang dengan itikad baik dalam merespon perubahan-perubahan teknologi dan spesifikasi bahan bakar yang semakin hari semakin ketat, semakin ramah lingkungan. Semoga kita dapat menjawab tantangan tersebut,” kata Bayu.
Menurut Bayu, Pertamina sebagai penyedia energi di Indonesia perlu segera mengambil langkah-langkah memproduksi produk yang semakin ramah lingkungan. “Nantinya kilang Balikpapan akan dapat memproduksi bahan bakar setara euro 5,” kata Bayu.
Respon positif terhadap pelaksanaan kegiatan tersebut datang dari Ketua STT Migas Lukman. Lukman kemudian bercerita tentang bagaimana awal berdirinya STT Migas yang memiliki kedekatan secara emosional dengan Pertamina. Hal ini terjadi karena memang banyak pengajar di STT Migas merupakan pekerja Pertamina.
“Sampai saat ini juga, terdapat pekerja Pertamina yang membagikan kompetensi yang mereka miliki kepada mahasiswa STT Migas,” kata Lukman.
Melalui kegiatan tersebut, Lukman berharap para mahasiswa STT Migas bisa mendapatkan informasi-informasi terbaru mengenai dunia migas. (*)