Komunitas Muslim di Afsel Menjaga Al-Qur’an Tulisan Tangan Tertua Peninggalan Imam Indonesia

oleh -
Editor: Ardiansyah
Para peneliti meyakini bahwa Imam Abdullah ibn Qadhi Abdus Salaam, yang dikenal dengan sebutan Tuan Guru, menulis Al-Qur'an itu murni dari ingatan setelah ia diasingkan ke Cape Town dari Pulau Tidore di Indonesia pada 1780. Foto: IST/BBC
Para peneliti meyakini bahwa Imam Abdullah ibn Qadhi Abdus Salaam, yang dikenal dengan sebutan Tuan Guru, menulis Al-Qur'an itu murni dari ingatan setelah ia diasingkan ke Cape Town dari Pulau Tidore di Indonesia pada 1780. Foto: IST/BBC

Buku tersebut masih dalam kondisi baik dan dimiliki keluarga Rakiep, yakni keturunan Tuan Guru. Sementara, sebuah buku replika disimpan di perpustakaan nasional di Cape Town.

“Dia duduk dan menuliskan hampir semua yang bisa dia ingat tentang imannya dan dia menggunakannya sebagai teks untuk mengajarkannya kepada orang lain,” kata Syekh Owaisi.

Berapa salinan Al-Qur’an tulisan Tuan Guru yang tersisa?

Dari lima salinan Al-Qur’an yang ditulis tangan oleh Tuan Guru, hanya tiga yang masih utuh. Selain yang ada di masjid Auwal, dua lainnya dimiliki keluarganya, termasuk cicitnya yang perempuan.

Sekitar 100 replika telah diproduksi. Pada April lalu, salah satu dari replika itu diserahkan ke perpustakaan masjid al-Aqsa di Yerusalem situs tersuci ketiga dalam agama Islam sementara beberapa telah diserahkan kepada pejabat yang berkunjung.

Pada Mei 2019, Ganief Hendricks, pemimpin partai politik Muslim di Afrika Selatan, Al Jama’ah, menggunakan salah satu replika saat ia dilantik sebagai anggota parlemen.

Para serdadu Belanda dulu tidak menyadari bahwa dengan mengusir Tuan Guru ke Afrika Selatan, mereka secara tidak sengaja memulai penyebaran agama Islam di wilayah tersebut, tempat umat Islam kini mencakup 5% dari populasi Cape Town yang sebesar 4,6 juta orang.

“Ketika dia datang ke Cape [Town], Tuan Guru mengamati bahwa [perkembangan] Islam dalam kondisi yang sangat buruk sehingga dia memiliki banyak pekerjaan yang harus dilakukan,” kata Morton.

“Komunitas [Muslim] saat itu benar-benar tidak memiliki teks apapun mereka adalah Muslim yang hanya punya ingatan budaya dan tidak ada hal lain.

“Saya bisa mengatakan bahwa Al-Qur’an pertama yang dia tulis adalah alasan mengapa komunitas Muslim [Cape Town] dapat bertahan dan berkembang menjadi komunitas terhormat yang kami miliki saat ini.”

Simak berita dan artikel BorneoFlash lainnya di  Google News

banner 700x135

No More Posts Available.

No more pages to load.