Interesting, Inspiring, Motivating
Sementara itu Eep Saefulloh Fatah, Founder dan CEO PolMark Indonesia (Pusat Riset dan Konsultasi Political Marketing) menilai, buku Diplomasi Santri menunjukkan bahwa para santri diplomat merupakan bagian sangat penting dari penyegaran dan pembaharuan diplomasi dan politik luar negeri Indonesia belakangan, hari ini, dan ke depan.
Sebab, menurut pengajar di Jurusan Ilmu Politik FISIP UI itu, selain menjalani profesionalismenya dengan hati, para santri diplomat juga merawat etika, moralitas, dan religiusitas dalam pikiran, ucapan, dan tindakan diplomasinya.
Buku Diplomasi Santri itu sendiri secara garis besar terbagi ke dalam dua bagian pembahasan. Bagian pertama membahas peranan dan kiprah diplomasi kaum ulama pesantren Nusantara pada abad ke-20 yang menampilkan sepak terjang diplomasi kalangan ulama pesantren melalui Komite Hijaz yang sangat melegenda.
Bagian kedua buku itu membahas peranan dan kiprah diplomasi Nahdlatul Ulama pada abad ke-21 yang berfokus pada peran bridge builder (pembangun jembatan) dari jam’iyah terbesar di Indonesia, baik dari aspek alasan di balik pelibatan Nahdlatul Ulama maupun dari sisi proses implementasinya.
Khusus terkait misi diplomasi Nahdlatul Ulama, pembahasannya didahului dengan peretasan akar masalah konflik berkepanjangan di wilayah Patani Thailand Selatan berdasarkan perspektif sejarah dan perspektif kebijakan Pemerintah Thailand terhadap kawasan itu.
Disebutkan, sebagian isi dan bahasan dari buku Diplomasi Santri itu disadur dari disertasi penulis pada Program S3 Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran (FIKOM UNPAD) Bandung.
Penulisnya, Dr. Arifi Saiman adalah seorang diplomat karier yang lahir di Dusun Kampung Baru, Desa Tempeh Tengah, Kecamatan Tempeh, Kabupaten Lumajang, Provinsi Jawa Timur.