Akan tetapi, menurut Resdiansyah, tidak semua teknologi transportasi cerdas yang diajukan bisa diadopsi sepenuhnya di IKN. Terdapat beberapa hambatan dalam penerapan ITS mulai dari kondisi geografis, perencanaan infrastruktur, hingga sumber daya manusia dan perubahan perilaku mengemudi.
“Tantangannya tidak mudah tetapi tidak ada yang sulit, ini hanya menjadi tantangan yang cukup serius terutama sumber daya manusianya,” ungkapnya.
Dengan mempertimbangkan target dan tantangan yang ada, sistem pengendali lalu lintas cerdas direncanakan akan menjadi teknologi ITS pertama yang dikembangkan di IKN khususnya di Kawasan Inti Pusat Pemerintahan (KIPP).
“Kita akan melompat ke generasi ke-4 (teknologi pengendali lalu lintas) di awal karena simpul lalu lintas masih di bawah 100 dan segera kita akan menuju ke digital twin traffic controller yang berbasis artificial intelligence.
Di sini machine learning akan digunakan untuk memprediksi seluruh lalu lintas yang ada di IKN dan akan terintegrasi satu sama lain,” jelasnya.
Digital twin, jelas Resdiansyah adalah teknologi yang memanfaatkan teknologi sensing dengan kecerdasan buatan yang dipasang di seluruh IKN, untuk mengumpulkan data.
Kemudian data yang telah dikumpulkan akan disimulasikan, sehingga bisa dilakukan modelling untuk mengefisiensikan setiap detik lalu lintas di IKN.
(BorneoFlash.com/Niken)