BorneoFlash.com, SENDAWAR – Pembelajaran Tatap Muka (PTM) di Sekolah Luar Biasa (SLB) Kabupaten Kutai Barat (Kubar) sudah mulai dilaksanakan pada Senin (10/1/2022).
Dimana dalam pelaksanaan PTM tersebut disambut antusias para peserta didik yang selama ini mengikuti pembelajaran secara daring saat kondisi pandemi Covid-19.
“Sudah mulai kembali kita laksanakan PTM sejak hari ini, sangat antusias diikuti oleh para peserta didik,” kata Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan, Emi Marlina saat ditemui di ruangannya pada Senin (10/1/2022).
Dijelaskannya, untuk PTM yang sudah kembali dilaksanakan kepada 114 peserta didik berbagai jenjang di sekolah tersebut. Pihak sekolah tetap menjalankan protokol kesehatan sebagai syarat utama pelaksanaan PTM.
Diantaranya dengan mewajibkan peserta didik untuk mencuci tangan, memakai masker,menjaga jarak serta dilakukan pemeriksaan suhu tubuh.
“Sama seperti pelaksanaan di sekolah reguler, protokol kesehatan tetap jadi syarat utama. Kemudian, untuk waktu pembelajaran hanya berlangsung selama 2,5 jam. Dari pukul 08.00 hingga pukul 10.30,” jelasnya.
Lebih lanjut, pelaksanaan PTM hari pertama yang dimulai pada tahun 2022 ini. Jumlah peserta yang mengikuti hanya sekitar 50 persen dari jumlah total keseluruhan.
Hal ini dikarenakan kondisi cuaca yang sejak pagi diguyur hujan menjadi penyebab cukup banyaknya peserta didik yang tidak bisa datang.
“Karena hujan, banyak peserta didik yang tidak bisa datang. Padahal banyak peserta didik bersama orangtua yang sangat senang bisa kembali dimulainya PTM ini,” tambahnya.
Meskipun demikian, pihak sekolah tidak ingin memaksakan bahwa para peserta didik harus turun ke sekolah. Sebab, metode pembelajaran yang digunakan tidak bisa disamakan dengan sekolah reguler pada umumnya.
“Mereka ini kan berkebutuhan khusus, jadi disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing peserta didik. Kalau mereka tidak bisa turun ke sekolah karena sakit ataupun tidak ingin, kita tidak bisa memaksa,” ujarnya.
Adapun pada hari pertama pelaksanaan PTM ini, pihak sekolah cukup menemui kesulitan untuk kembali memberikan pelajaran.
Sebab, selama ini metode pembelajaran yang seharusnya bertemu langsung tidak bisa dilakukan.
“Seperti cara menulis dan sebagainya, kita harus memulai dari awal lagi. Namun, dari segi sikap dan kebiasaan serta kognitif mereka di sekolah, para peserta didik ini masih tetap mengingatnya. Tetapi, hal positif yang dirasakan mereka adalah rasa senang bisa kembali bertemu dengan teman dan guru mereka,” tandasnya.
(BorneoFlash.com/Lis)