Pengrajin Tahu Tempe di Paser, Harga Pasaran Tetap dan Kurangi Ukuran

oleh -

BorneoFlash.com, TANA PASER – Akhir-akhir ini konsumen keluhkan ukuran tahu dan tempe kian menipis yang ada di pasaran. Na’imatussadia misalnya, salah satu warga yang mengeluhkan adanya pengurangan ukuran tahu tempe yang ada di pasaran,Rabu (6/1/2021).

“Makin hari ini makin menipis ukuran tempe yang ada dipasaran,” keluh Na’ima. Menanggapi keluhan tersebut Ponirin yang berprofesi sebagai pengrajin tahu tempe yang ada di Senaken, Tanah Grogot, Kabupaten Paser, Kalimantan Timur  membenarkan kabar tersebut.

“Dalam sebulan terakhir ini kedelai yang dipasok pengepul dari Balikpapan ke Kabupaten Paser ini mengalami kenaikan harga, jadi hal itu berimbas juga kepada produksi kami sudah sebulan terakhir ini pihaknya merasakan kenaikan harga kedelai sehingga berimbas kepada produksinya,” ungkapnya.

Produksi setiap minggunya untuk tahu dan tempe sebanyak satu ton kedelai yang diperlukan dengan harga Rp 8 juta/tonnya sedangkan sekarang ini naik menjadi Rp 10 juta/ton.

Lanjutnya, untuk produksi satu ton itu, habis dalam 1 minggu saja dan hanya di pasarkan di Kecamatan Tanah Grogot dan tidak menjangkau untuk Kecamatan lainnya.

Menurutnya, Ponirin menjelaskan agar usahanya tetap bisa berjalan dan tidak merugi ditengah kenaikan harga kedelai ia mengakali dengan mengurangi ukuran produksi tahu tempe. “Harga jual tahu tempe masih tetap, tapi ukurannya yang kita kecilkan, itu pun kita ngomong sebelumnya kepada pelanggan atau konsumen supaya tidak kaget,” jelasnya.

Ponirin yang sudah menggeluti profesinya sejak tahun 1988 ini mengaku, kenaikan harga kedelai saat ini juga pernah dialami beberapa puluh tahun yang lalu.

Untuk itu, ia berharap agar harga bahan baku tahu tempe itu segera normal kembali, apalagi ditengah Pandemi Covid-19 saat ini yang entah kapan berakhirnya.

Baca Juga :  Eko Satiya Hushada Nilai Wali Kota Balikpapan Harus Tegas dengan Jajarannya, Jangan Sampai Nila Setitik Rusak Susu Sebelanga

“Di zaman Soeharto pernah juga harga naik seperti ini, ya saya hanya bisa berharap agar harganya segera stabil kembali, jika harga kedai terus melambung, bapak empat anak ini mengaku akan tetap berjuang mempertahankan usahanya agar tidak kehilangan mata pencaharian demi menghidupi keluarga.” ucapnya.

Ponirin menjelaskan, tentunya imbas dari pengurangan ukuran ini tentunya berdampak pada konsumen dan penurunan daya beli masyarakat.

“Mau gemana lagi tetap kita pertahankan, cuma belum tau bagaimana caranya nanti, tapi kalau bisa jangan lagi naik harganya, karena sekarang ini sudah terasa dampak dari kenaikan harga itu,” pungkasnya(*)

Simak berita dan artikel BorneoFlash lainnya di  Google News

banner 700x135