BorneoFlash.com, MATARAM – Sore itu, jalan utama Kota Mataram dipadati ribuan pelajar berseragam penuh warna yang melambai bendera merah putih tanpa henti. Irama gendang beleq berpadu dengan sorak massa menyambut parade bintang MotoGP, dari Francesco Bagnaia, Marco Bezzecchi, hingga Mario Aji. Para pembalap tersenyum, melambaikan tangan, dan menandatangani kaus serta topi penggemar. Warga Lombok menatap dengan bangga karena idola dunia hadir langsung di pulau mereka.
MotoGP Mandalika 2025 menjadi simbol pengakuan global atas Lombok sebagai panggung sport tourism kelas dunia.
Antusiasme Penonton dan Tantangan Logistik
Hingga akhir September, penonton membeli 87 persen dari 121 ribu tiket. Panitia menyiapkan distribusi tiket lebih rapi dan membuka loket strategis untuk mengurangi antrean. Mereka juga memberikan diskon hingga 50 persen bagi warga NTB dan ASN sehingga manfaatnya langsung terasa. Namun, panitia hanya menyediakan 25 shuttle bus dari Mataram dan Bandara, sehingga ribuan kendaraan pribadi bisa memicu kemacetan jika rekayasa lalu lintas tidak ketat.
Parade Budaya dan “Tabola Bale”
Pra-balapan menyuguhkan sentuhan lokal. Para pembalap mengunjungi sekolah untuk mengampanyekan keselamatan berkendara, lalu menari “Tabola Bale” bersama anak-anak. Adegan itu menunjukkan ikon global larut dalam budaya lokal sekaligus menguatkan citra Lombok sebagai tuan rumah dengan cerita unik.
Dari Aspal hingga Bandara
Penyelenggara memastikan lintasan siap dengan metode magic patching yang FIM akui. Bandara Lombok menerima 183 ton logistik dari Jepang, melayani ratusan kru, serta mengoperasikan 28 penerbangan tambahan. Meski begitu, kapasitas hotel terbatas sehingga banyak penonton mencari penginapan hingga Bali dengan kapal cepat.
Denyut Ekonomi Lokal
MotoGP menggerakkan ekonomi lokal. Warung, pengrajin tenun, dan UMKM menjual produk mereka di area sirkuit, sementara Dewa-19 menghibur penonton. Namun, beberapa juru parkir di Mataram mengeluh karena pendapatan turun saat parade. Pemerintah daerah perlu memperluas promosi agar perputaran uang menjangkau masyarakat bawah.
Warisan untuk Lombok
MotoGP Mandalika 2025 menguji NTB: apakah ajang global ini bisa berjalan seiring dengan kepentingan lokal. Parade budaya, diskon tiket warga, dan kampanye keselamatan jalan menunjukkan arah yang tepat, tetapi pemerintah masih harus meningkatkan transportasi, akomodasi, promosi, dan pendampingan UMKM.
MotoGP hanya berlangsung tiga hari, tetapi warisan jangka panjangnya akan menentukan apakah publik mengenang Lombok sekadar lintasan cepat atau kisah sukses sport tourism inklusif. (*)