BorneoFlash.com, – Ahli Konversi Energi dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Tri Yuswidjajanto Zaenuri, menegaskan bahwa penambahan zat aditif pada BBM, khususnya Pertamax (RON 92), dilakukan di depo atau terminal BBM, bukan di kilang.
Ia menjelaskan bahwa zat aditif yang ditambahkan berupa deterjen, yang berfungsi mengurangi pembentukan kerak pada mesin kendaraan. Jika kerak menumpuk, suplai bahan bakar terganggu, menyebabkan daya kendaraan menurun. Akibatnya, konsumsi BBM menjadi lebih boros dan emisi gas buang meningkat.
Selain zat aditif, proses pewarnaan bensin juga dilakukan di depo BBM. Pewarna ini berfungsi membedakan jenis BBM yang disalurkan kepada masyarakat. “Proses ini dilakukan di depo, bukan di kilang. Yang ditambahkan adalah pewarna dan aditif deterjen, yang tidak mengubah nilai RON,” ujar Tri kepada CNBC Indonesia, dikutip Rabu (5/3/2025).
Sementara itu, peningkatan nilai oktan (RON) terjadi di kilang minyak melalui proses pencampuran atau blending sebelum BBM dikirim ke depo. “Pengoplosan atau pencampuran dilakukan di kilang saat produksi bahan bakar,” tambahnya.
Tujuan Pewarnaan BBM
Tri menjelaskan bahwa pewarnaan BBM bertujuan membedakan kandungan dalam BBM serta mempermudah pengawasan distribusi dan penjualan.
Sebagai contoh, Pertalite (RON 90) berwarna hijau, Pertamax (RON 92) berwarna biru, dan Pertamax Turbo (RON 98) berwarna merah. Pewarnaan ini membantu membedakan BBM subsidi dan non-subsidi agar distribusinya lebih terkontrol.
“Karena di Indonesia ada BBM bersubsidi dan non-subsidi, maka Patra Niaga menerapkan kebijakan pewarnaan untuk memudahkan pengawasan,” jelas Tri.
Ia menambahkan bahwa secara alami BBM memiliki warna bening kekuningan. Pewarnaan tidak mengubah sifat fisik dan kimia BBM maupun nilai oktannya. “Pewarna tidak memengaruhi RON atau karakteristik BBM. Misalnya, saat membeli Pertamax, pewarna biru memastikan konsumen mendapatkan produk yang sesuai,” tutupnya. (*)
