BorneoFlash.com, SANGATTA – Untuk mengidentifikasi desa-desa prioritas intervensi sebagai dasar penyempurnaan perencanaan program ketahanan pangan, Pemerintah Kabupaten Kutai Timur (Pemkab Kutim) melalui Dinas Ketahanan Pangan (Diskepang) menggelar Seminar Hasil Food Security and Vulnerability Atla (FSVA) Kutim tahun 2025.
Acara yang mengusung tema “Memperkuat Ketahanan Pangan Kutai Timur Melalui Analisis Data Ketahanan dan Kerentanan Pangan (FSVA) Data, Aksi dan Kolaborasi” tersebut dibuka langsung Bupati Kutim, Ardiansyah Sulaiman, di Ruang Meranti Kantor Bupati, Bukit Pelangi Kawasan Pemerintahan Sangatta Utara, pada Kamis (04/12/2025).
Bupati Ardiansyah Sulaiman menyoroti potensi besar Kutim, dari pesisir Sangkulirang Mangkalihat hingga kawasan pedalaman yang subur seperti Muara Wahau dan Kongbeng. Namun, ia menilai masih terdapat tantangan besar yang harus dihadapi dalam membangun ketahanan pangan di wilayah tersebut.
Orang nomor satu di Pemkab Kutim itu menegaskan, bahwa keberadaan FSVA sangat strategis, karena memungkinkan pemerintah untuk melihat perbedaan kondisi hingga level desa. Menurutnya, hal ini penting agar pembangunan yang dilakukan tidak bersifat umum, melainkan benar-benar berbasis data, tepat sasaran dan responsif terhadap karakter unik Kutai Timur.
“Kondisi ini menunjukkan, bahwa setiap wilayah memiliki risiko dan kapasitasnya sendiri. Oleh karena itu, keberadaan FSVA bukan hanya penting tetapi sangat strategis bagi Kutim. Hal ini memungkinkan kita melihat perbedaan kondisi tersebut secara detail hingga level desa,” jelasnya.
Pria kelahiran 5 Februari 1964 itu mengaku, melalui hasil FSVA 2025 dapat diketahui bahwa sebagian desa telah menunjukkan kemajuan dalam ketahanan pangan. Namun masih terdapat daerah yang masih rentang.
“Berdasarkan metode FSVA analisis menunjukkan bahwa dari total 141 desa di Kutim. Terdapat 13 desa yang masuk kategori agak rentan dan memerlukan perhatian lebih serius,” bebernya.





