Akademisi Ingatkan: Perlu Uji Multidisipliner dan Transparansi Data
Dari sisi akademik, kalangan perguruan tinggi menilai inovasi Bobibos menjanjikan, tetapi tetap memerlukan uji multidisipliner yang ketat sebelum dikomersialisasikan.
Dalam ulasan resminya, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Negeri Surabaya (Unesa) menegaskan bahwa validasi bahan bakar baru tidak cukup hanya dengan hasil laboratorium tunggal. Diperlukan serangkaian pengujian tambahan, mulai dari keselamatan produksi, standar emisi, hingga ketahanan mesin terhadap berbagai kondisi iklim dan merek kendaraan.
“Regulator harus memastikan produk tidak hanya bagus di laboratorium, tapi juga aman, andal, dan berkelanjutan di lapangan,” tulis FMIPA Unesa dalam ulasannya.
Unesa juga menyoroti empat hal yang masih menjadi keraguan publik, yakni:
- Keaslian hasil uji laboratorium,
- Efek jangka panjang terhadap mesin,
- Dampak lingkungan yang benar-benar terukur, dan
- Kesiapan regulasi serta sistem distribusi nasional.
Karena itu, akademisi mendorong agar tim pengembang membuka data hasil uji secara transparan, menggandeng lembaga pengujian independen, dan melibatkan BUMN energi maupun industri migas untuk memastikan skala produksi yang sesuai dengan regulasi nasional.
“Tanpa keterbukaan dan kolaborasi formal, inovasi berisiko berhenti di tataran viral semata,” tulis FMIPA Unesa mengingatkan.
Inovasi Bobibos kini menjadi perbincangan hangat nasional — antara optimisme terhadap potensi energi hijau buatan anak negeri dan kehati-hatian dalam memastikan aspek keselamatan, efektivitas, serta keberlanjutan lingkungan.
Waktu dan kajian ilmiah akan menjadi penentu apakah Bobibos akan benar-benar menjadi “BBM masa depan” Indonesia, atau sekadar fenomena viral sesaat. (*)






