Kurang dari 24 Jam, Israel Kembali Perketat Pengawasan Flotilla

oleh -
Penulis: Berthan Alif Nugraha
Editor: Ardiansyah
Sejumlah kapal yang tergabung dalam misi kemanusiaan Global Sumud Flotilla sedang berlayar menuju Jalur Gaza. Foto: ANTARA/Anadolu/py/am.
Sejumlah kapal yang tergabung dalam misi kemanusiaan Global Sumud Flotilla sedang berlayar menuju Jalur Gaza. Foto: ANTARA/Anadolu/py/am.

BorneoFlash.com, ISTANBUL – Penyelenggara Global Sumud Flotilla yang menuju Gaza pada Rabu melaporkan bahwa sebuah kapal angkatan laut Israel kembali mendekati konvoi mereka. Insiden ini menjadi yang kedua dalam kurun waktu kurang dari 24 jam.

 

Komite Internasional untuk Mengakhiri Pengepungan Gaza, selaku penyelenggara konvoi, mengumumkan melalui unggahan di media sosial X bahwa kapal Israel sempat mendekati Alma, kapal utama dalam rombongan tersebut.

 

“Mereka mendekati Alma, kapal utama Sumud Flotilla sebelum akhirnya menjauh,” tulis pernyataan itu.

 

Beberapa jam sebelumnya, penyelenggara juga menuding pasukan laut Israel melakukan “operasi intimidasi” terhadap konvoi dengan mengepung Alma dan kapal lain bernama Sirius, memutuskan komunikasi, serta memaksa konvoi bermanuver untuk menghindari tabrakan.

 

Konvoi bantuan ini sudah berada sejauh 118 mil laut (218 km) dari Gaza, hanya sekitar 8 mil laut (15 km) dari lokasi kapal bantuan Madleen pernah dicegat.

 

Pada Minggu (28/9), lembaga penyiaran publik Israel KAN melaporkan bahwa pemerintah Israel bersiap menyita kapal-kapal dalam konvoi, sebagaimana yang dilakukan terhadap Madleen dan Handala pada Juni dan Juli lalu.

 

Konvoi yang berangkat beberapa hari lalu ini membawa berbagai bantuan kemanusiaan, termasuk pasokan medis, dengan misi menembus blokade Israel. Ini menjadi kali pertama dalam beberapa tahun terakhir puluhan kapal berlayar bersama menuju Gaza dengan wilayah berpenduduk sekitar 2,4 juta orang yang telah mengalami blokade Israel selama kurang lebih 18 tahun.

 

Israel memperketat pengepungan sejak 2 Maret, menutup seluruh perbatasan dan memblokir distribusi makanan, obat-obatan, serta bantuan lain. Kondisi tersebut membuat Gaza menghadapi kelaparan parah, meski truk bantuan menumpuk di perbatasan.

Baca Juga :  Tanah Longsor di Karang Jati Sudah Setahun Belum Dikerjakan, Dapat Berdampak Terhadap Rumah Warga Sekitar

 

Sejak Oktober 2023, serangan militer Israel telah menewaskan lebih dari 66.000 warga Palestina, sebagian besar perempuan dan anak-anak. Pengeboman tanpa henti itu menjadikan Gaza tidak layak huni, serta memicu kelaparan dan merebaknya penyakit. (*/ANTARA)

Simak berita dan artikel BorneoFlash lainnya di  Google News

Jangan ketinggalan berita terbaru! Follow Instagram  dan subscribe channel YouTube BorneoFlash Sekarang

banner 700x135

No More Posts Available.

No more pages to load.