Selain Qatar, kunjungan Presiden Prabowo ke Uni Emirat Arab (UEA) menghasilkan komitmen memperkuat kerja sama bilateral, terutama di bidang energi, investasi, dan pertahanan. UEA sebagai aktor utama di Teluk memiliki pengaruh besar dalam dinamika geopolitik Timur Tengah. Dengan menjalin komunikasi langsung dengan pemimpin UEA, Indonesia memperluas jejaring diplomasi sekaligus menunjukkan keseriusan dalam menjaga stabilitas kawasan.
Kerja sama strategis ini memperkuat posisi Indonesia sebagai mitra tepercaya dalam isu regional, termasuk memperjuangkan kemerdekaan Palestina dan mendorong perdamaian jangka panjang di Timur Tengah.
Ketika Qatar menarik diri dari peran mediasi akibat agresi Israel, Indonesia memiliki ruang baru untuk meningkatkan kontribusinya. Dengan posisi yang netral dan tidak terikat konflik, Indonesia membawa modal diplomasi unik untuk menawarkan alternatif langkah perdamaian. Sebagai negara berpenduduk Muslim terbesar di dunia, Indonesia berpotensi menggalang solidaritas melalui OKI sekaligus menjalin komunikasi dengan kekuatan global agar konflik tidak semakin meluas.
Dalam konteks ini, Indonesia tidak hanya berperan sebagai jembatan antarnegara Muslim, tetapi juga pendorong langkah kolektif yang lebih tegas. Kehadiran Indonesia di forum internasional memberi legitimasi bagi dunia Islam untuk menyuarakan sikap bersama sekaligus memperkuat daya tawar dalam menghadapi agresi Israel.
Pengamat Timur Tengah dari Universitas Indonesia, Syaroni Rofi’i, menilai OKI perlu merespons serangan Israel ke Qatar dan genosida di Palestina dengan langkah konkret, misalnya melakukan isolasi ekonomi terhadap Israel. Ia juga menilai negara-negara Islam perlu meniru langkah Prancis yang mendorong banyak negara mengakui Palestina, sebagai momentum untuk mempercepat kemerdekaan Palestina.




